Tetes yang merembes dari atap berjatuhan di tanah. Memberikan sedikit percikan ke sekelilingnya begitu ia melobangi bumi. Dua insan tak mempedulikannya, walaupun percikan itu perlahan membuat basah sepatu dan ujung celana panjang mereka. Suasana yang sedikit dingin membuat mereka enggan menyisakan celah antara mereka.
Gerimis semakin banyak berjatuhan. Biji kecil-kecilnya tadi perlahan membesar. Tetesnya yang lamban berjatuhan semakin cepat. Bunyi yang menghasilkan irama alam yang tercipta tanpa mengetahuai ketukan pengatur iramanya. Dua insan tadi tak banyak bersuara. Mereka cenderung berbicara melalui kedipan mata, bahasa tubuh dan gerakan tak terduga.
“ Hujan, angin, kemarau maupun gerimis merupakan fenomena alam biasa, yang tak pernah diperhitungkan orang. Tidak ada rekor yang mencatat karena hujan kemarin atau pun hari ini. Manusia tak menganggapnya ajaib” Lelaki yang duduk sebelah kiri di bangku panjang terminal kota itu membuka pembicaraan.
“Memang ini kajadian alam yang tidak ajaib. Buat apa di istimewakan??” perempuan menimpalinya dengan cemberut.
“ Padahal seandainya selama setahun tidak ada hujan bisa dibayangkan berapa banyak gelimpangan bangkai yang mati akibat kekeringan atau kehausan” lelaki melanjutkan.
“ Hmm.. tidak akan terjadi..”
“ Siapa bilang???”
“ Saya…”
“ Saya siapa?? Harus ada riset” lelaki itu mulai memancing dengan senyum simpul.
“ Saya. Noni to, kak Nando yang ganteng….” Perempuan ini berlaku manja.
“ Ada hal lain lagi yang merupakan fenomena tapi tidak pernah diakui dunia. Contohnya, ada perempuan manis berambut panjang tapi tak seorang pun yang mengatakan dengan jujur di depannya bahwa dia cantik. Cuma saya seorang yang mengatakan bahwa perempuan itu cantik. Dan perempuan itu sekarang sedang duduk di samping kiri saya” lelaki yang bernama Nando itu sambil melirik melihat ekspresi dari perempuan yang bernama Noni di sebelah kirinya.