Perdebatan antara Islam dan Nasionalisme sudah selesai di negeri itu. Karena keduanya saling melengkapi dalam pembangunan negara. Hal ini terbukti ketika AKP memimpin pemerintahan. Simbol agama yang tidak boleh dipakai secara individu dan di tempat-tempat umum diperbolehkan. Turki juga sangat menjunjung tinggi nasionalisme negara dengan mewajibkan pelajar dan pekerja yang datang ke Turki wajib bisa berbahasa Turki.
Fenomena doktrinisasi Islam dan Nasionalisme adalah logika demokrasi AKP dan tanda bahwa Islam dan Nasionalisme dapat berjalan bersama. Faham kemalisme adalah faham yang tidak tepat dalam pembangunan demokrasi sebuah negara. Faham itu tidak merepresentasikan agama dan ideologi apapun, karena tidak memberi ruang agama dan ideologi untuk berkembang serta menjadi penunjang dan pemandu demokrasi di Turki.Â
Hal ini dibuktikan degan kemerosotan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Turki yang terdegradasi berpuluh tahun lamanya. Sekarang dengan Islam yang penuh toleransi dan didukung sikap menjunjung tinggi faham nasionalisme, Turki kembali menemukan jati dirinya sebagai sebuah negara yang memiliki pendirian dan harga dirinya sebagai sebuah bangsa besar dan pernah memimpin dunia.
Gagalnya kudeta yang dilakukan adalah bukti menangnya Islam, Nasionalisme, dan Demokrasi dari tentara penganut faham kemalisme. Rakyat Turki adalah aktor utama dari penyelematan itu. Penyelematan negara dari aktor yang berniat membawa Turki kembali ke masa lalu kelam yang penuh dengan keotoriterian. Ini adalah modal penting kedepannya dalam pembangunan agama, demokrasi, dan kesejahteraan bagi negara Turki. Fenomena ini juga menjadi jawaban bahwa konsolidasi demokrasi adalah tujuan utama, sementara kudeta adalah musuh bersama bagi seluruh rakyat Turki.
Penulis berkativitas sebagai:
- Peneliti CIDES Indonesia
- Pengamat Politik Internasional CIDES Indonesia
- Penulis Karya Ilmiah Dinamika Gerakan Islam di Turki
- Magister Candidate of Planing and Public Policy in University of Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H