Malam ini kami menebak bahwa bapak akan membawa martabak manis coklat keju karena kemarin malam bapak tidak membawa apa-apa.Â
Mbak Nisa kakak tertua ku selalu bilang untuk membagi makanan sama rata agar tidak ada yang merasa iri. "Nanti kalau bapak pulang bawa martabak jangan rebutan ya."
Mbak Icha kaka kedua ku menyaut, "Iya jangan kaya lomba Tujuh Belas Agustus, main cepet-cepetan abis duluan."Â
Aku menjawab, "Pasti aku selalu kalah kalo udah kaya lomba gitu, potongannya juga paling kecil." Mas Agus, "Lagian kamu lelet dek, Â jadi gk kebagian yang gede hahaha."Â
"Makanya ngalah dong sama yang kecil." aku menimpali Mas Agus abang ku nomer 4.Â
"Emang harus gitu kali yang kecil dapet paling kecil." Mas Iksan  yang tak mau kalah ikut mendukung Mas Agus.Â
"Udah deh belom ada makanannya aja udah berantem, kamu juga San, Pandu kan sama kamu beda umurnya cuma tiga tahun harusnya bisa ngertiin Pandu." Mbak Sri menengahi kami.Â
Obrolan anak-anak yang menunggu makanan itu mulai hening dan suara salam dari arah pintu terdengar, "Assalamualaikum.." Suara bapak memberi salam.Â
"Walaikumsalam, Bapak pulangggg!" Mas Iksan teriak.Â
Sambil berlari Mas Iksan menghampiri Bapak, di ikuti dengan Mas Agus dan Mbak Icha. Tidak tinggal diam aku ikut bangun dan menghampiri Bapak. Mbak Nisa dan Mbak Sri hanya menunggu. "Yeay Bapak pulang bawa apa pak?" aku menanyakan bungkusan yang bapak bawa.Â
"Nih ambil aja." saut Bapakku. "Asik baunya martabak." Mas Iksan mengambil bungkusan itu dengan cepatnya.Â