Bagi Indonesia, sangat penting untuk dapat memainkan peran strategis dalam memanfaatkan perselisihan di LCS untuk memperoleh keuntungan dari berbagai kesempatan yang ada. Setidaknya ada tiga peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia terkait dengan ketegangan di LCS. Pertama adalah peluang ekonomi yang terbuka baik dari arus perdagangan internasional maupun manfaat ekonomi dari China.Â
Terkait arus perdagangan internasional, diestimasikan bahwa nilai perdagangan internasional yang melewati LCS mencapai $5 triliun (Gurung, 2018). Karenanya, Indonesia perlu berperan aktif dalam menjaga stabilitas di LCS karena goncangan dapat memberi dampak ekonomi yang signifikan. Selain itu, China menempati ranking pertama dalam kerja sama ekonomi dan ranking kedua dalam sumber daya ekonomi pada Asia Power Index. Sesuatu yang perlu dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperoleh investasi dan berbagai manfaat ekonomi lain dari China melalui manajemen diplomasi yang efektif terkait LCS.
Kedua adalah peluang untuk memperkuat peran politik Indonesia sebagai pemimpin di kawasan dengan berperan aktif mendorong manajemen yang efektif terkait perselisihan di LCS. Posisi Indonesia pada dasarnya relatif strategis karena Indonesia merupakan pemimpin tradisional negara-negara ASEAN. Selain itu, posisi Indonesia yang tidak terlibat perselisihan langsung terkait klaim China di LCS membuat Indonesia lebih fleksibel dalam menerapkan strategi diplomasi.
Ketiga adalah peluang untuk menjalin kemitraan pertahanan dengan berbagai negara guna memperkuat kapasitas pertahanan Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan ketegangan di LCS yang telah menyeret negara-negara dengan kapasitas militer besar seperti China, Amerika Serikat dan Jepang. Indonesia dapat meniru langkah Vietnam dengan memanfaatkan perselisihan LCS untuk menjalin kemitraan yang dapat memperkuat militer Indonesia. Sebagai gambaran, kemitraan pertahanan maritim antara Vietnam dan Jepang memuat setidaknya kerja sama keamanan maritim, industri pertahanan dan transfer teknologi (Gurung, 2018).
Dalam rangka mendorong manajemen efektif dalam penanganan perselisihan LCS perlu ada sebuah cetak biru strategi bagi Indonesia agar dapat berperan aktif. Cetak biru strategi ini setidaknya perlu mengandung tiga prinsip. Pertama adalah strategi yang disebut oleh Scholvin dan Wigell (2018) sebagai penggunaan instrumen-instrumen ekonomi untuk mencapai tujuan-tujuan geo-strategi atau hasil-hasil geo-politik yang diinginkan. Kedua adalah apa yang disebut oleh Jain (2019) sebagai penggunaan instrumen-instrumen militer untuk melayani kepentingan geo-ekonomi. Ketiga adalah prinsip proposisi menang-menang (win-win propositions) dalam menjalankan strategi untuk mencapai tujuan-tujuan geo-ekonomi dan geo-politik.
Secara lebih detail, Indonesia perlu untuk menjalankan cetak biru strategi yang penulis beri nama Strategic Smart Move Blueprint. Terdapat tiga basis strategi yang dapat dijalankan oleh Indonesia dalam Strategic Smart Move Blueprint ini.Â
Pertama adalah strategi untuk memainkan peran sebagai pemimpin dalam diplomasi ASEAN terkait perselisihan LCS (lead the diplomacy). Hal ini dapat dilakukan melalui peran aktif dalam menyusun, mengajukan dan mendiskusikan berbagai proposal kebijakan dan proposal resolusi perselisihan LCS di ASEAN maupun mewakili ASEAN dalam perundingan dengan pihak lain.Â
Terdapat dua instrumen yang dapat digunakan untuk basis strategi pertama ini. Instrumen pertama adalah instrumen kelembagaan utamanya ASEAN dan berbagai organisasi internasional lain yang diikuti oleh Indonesia dan berkepentingan di LCS. Instrumen kedua adalah informasional melalui manajemen informasi dan media yang efektif untuk mempromosikan peran Indonesia sebagai pemimpin diplomasi ASEAN untuk isu LCS.
Kedua adalah strategi untuk melakukan penyerapan nilai tambah ekonomi (economic value absorption). Hal ini dapat dilakukan dengan secara aktif menggunakan berbagai instrumen diplomasi ekonomi dengan berbagai negara yang memiliki kepentingan di LCS guna memperoleh manfaat ekonomi bagi Indonesia.Â
Terdapat dua instrumen utama yang dapat digunakan dalam menjalankan basis strategi kedua ini. Instrumen pertama adalah melalui pengembangan tata kelola ekonomi regional (regional economic order) yang menguntungkan bagi Indonesia terkait aktivitas ekonomi di LCS. Instrumen kedua adalah melalui peran aktif mendorong kerja sama ekonomi bilateral yang menguntungkan dengan negara-negara yang berkepentingan di LCS seperti China, Amerika Serikat dan Jepang.
Ketiga adalah memanfaatkan situasi perselisihan di LCS yang melibatkan negara dengan kemampuan militer besar untuk memperoleh peningkatan kapasitas militer (defense smart move). Hal ini dapat dilakukan dengan secara aktif mengajukan berbagai proposal kerja sama militer, utamanya bantuan alutsista dan transfer teknologi, dengan para negara klaiman di LCS.Â