Masalah ketidaktahuan (ignorance) dalam pendidikan, sebagaimana dipahami oleh dua tokoh besar: Plato dan Ki Hadjar Dewantara. Plato melihat ketidaktahuan sebagai salah satu hambatan utama bagi kemajuan individu dan masyarakat, di mana pendidikan adalah cara untuk membawa seseorang dari ketidaktahuan menuju pengetahuan dan kebijaksanaan. Konsep ini juga terlihat dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, yang mendirikan Taman Siswa dengan tujuan utama mendidik masyarakat Indonesia untuk menjadi lebih sadar dan terdidik.
- Filsafat Pendidikan Plato
Plato adalah pendiri sekolah pertama bernama Akademia atau Sekolah Athena, yang berusia sekitar 9 abad. Akademia ini merupakan lembaga pendidikan pertama yang menekankan pada pendidikan yang holistik, mencakup pembelajaran moral, intelektual, dan fisik.
Dalam pendidikan Plato, ada tiga visi utama yang harus diterapkan oleh seorang pendidik, yang diadaptasi oleh Ki Hadjar Dewantara dalam konsep pendidikan di Indonesia:
- Ing ngarso sung tulodo
Pemimpin atau guru harus menjadi contoh atau teladan bagi murid-muridnya.
- Ing madyo mbangun karso
Pemimpin harus mampu memberikan motivasi di tengah-tengah masyarakat atau murid.
- Tut wuri handayani
Pemimpin harus mendukung dari belakang, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berkembang.
Proses Pendidikan sebagai Perjalanan Keluar dari Gua
Pada Alegori Gua Plato, yang menggambarkan pendidikan sebagai proses keluar dari gua kegelapan menuju cahaya pengetahuan. Alegori gua ini melambangkan bagaimana manusia terjebak dalam dunia persepsi yang terbatas (seperti bayangan di dinding gua) dan hanya melalui pendidikan mereka dapat melihat realitas sebenarnya di luar gua (yang diwakili oleh cahaya matahari, simbol kebenaran dan pengetahuan) dengan menghubungkan pendidikan dengan perjalanan keluar dari gua, Plato menggarisbawahi pentingnya peran pendidikan dalam membawa individu menuju pemahaman yang lebih dalam dan lebih benar tentang dunia.
merujuk pada teori epistemologi dan jiwa manusia dalam pandangan Plato, yang melibatkan konsep doxa (opini) dan episteme (pengetahuan), serta pembagian jiwa manusia