Mohon tunggu...
PAMILA PUTRI SAFIRA
PAMILA PUTRI SAFIRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pamila Putri Safira 111211235, Universitas Dian Nusantara, Jurusan Manajemen. Nama dosen Prof. Apollo Daito

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon

24 Oktober 2024   21:22 Diperbarui: 24 Oktober 2024   21:36 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

Konsep kepemimpinan telah menjadi topik diskusi yang terus-menerus sejak zaman kuno hingga sekarang. Salah satu pemikir besar yang menyoroti pentingnya kepemimpinan dalam masyarakat adalah Plato, seorang filsuf Yunani klasik. Dalam karyanya Republik, Plato memberikan pandangan mendalam tentang kepemimpinan, pendidikan, dan struktur sosial melalui dialog-dialog filosofis.

Dalam Republik, Plato menggambarkan ideal negara sebagai entitas yang dipimpin oleh filsuf-raja, yang mewakili puncak dari struktur kepemimpinan dalam masyarakat. Menurut Plato, filsuf-raja adalah individu yang telah mencapai kebijaksanaan tertinggi dan mampu memahami "Idea yang Baik", yaitu kebenaran absolut yang berada di luar dunia fisik.

Dalam pandangan Plato, kepemimpinan tidak hanya soal kekuasaan, melainkan tanggung jawab besar untuk menjaga harmoni dalam masyarakat. Kepemimpinan yang baik haruslah rasional, adil, dan memikirkan kepentingan semua anggota masyarakat, bukan hanya golongan tertentu. Di sini, Plato menekankan pentingnya pemimpin yang berpendidikan, memiliki moral tinggi, dan tidak terpengaruh oleh kesenangan atau kekuasaan duniawi.

Akal yang Mengatur (Akal Sehat dan Rasional)

Kepemimpinan dalam pandangan Plato harus dipimpin oleh akal sehat dan rasionalitas. Filosofi Plato berfokus pada pentingnya penggunaan logika dan pikiran yang jernih dalam kepemimpinan. Kata "ugahari" di sini merujuk pada sikap sederhana, yang menunjukkan bahwa dalam filsafat kepemimpinan Plato, pemimpin harus memiliki kesederhanaan dalam pendekatan dan tidak terpengaruh oleh keinginan berlebihan (epithumia).

Pembagian Tiga Elemen dalam Jiwa Menurut Plato

  • Logistikon (Rasional)

Elemen ini adalah aspek yang mengatur atau memimpin jiwa, berhubungan dengan kemampuan berpikir logis dan rasional. Bagian ini yang seharusnya menguasai aspek-aspek lainnya.

  • Thumos (Semangat)

Elemen ini berkaitan dengan semangat, kekuatan emosional, dan kontrol diri. Ini adalah bagian dari jiwa yang terlibat dalam keberanian dan kehormatan.

  • Epithumia (Keinginan)

Elemen ini adalah yang berkaitan dengan hasrat atau keinginan dasar, seperti dorongan ekonomi, seksualitas, dan reproduksi. Ini dianggap sebagai bagian dari jiwa yang harus dikendalikan oleh akal (logistikon).

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

Pidea dan problem Humanitas

Paideia berasal dari kata Yunani "pais" yang berarti "anak" dan "paidos" yang berarti "pendidikan" atau "pengajaran." Dalam konteks Yunani klasik, paideia merujuk pada sistem pendidikan yang tidak hanya mencakup pembelajaran keterampilan teknis atau pengetahuan akademis, tetapi juga pembentukan karakter moral, etika, dan budaya seseorang. Paideia dianggap sebagai landasan dalam membentuk individu yang ideal, yang memiliki keseimbangan antara kemampuan intelektual, jasmani, dan rohan

Paideia dijelaskan sebagai pendidikan yang mencakup pengembangan sifat alami manusia. Ini mencakup pelatihan dalam berbagai aspek budaya dan keterampilan intelektual serta moral yang diterapkan dalam tradisi pendidikan Yunani klasik. Paideia di sini menggambarkan bagaimana sistem pendidikan yang menyeluruh dapat menciptakan pemimpin yang berintegritas.

Paideia adalah proses yang komprehensif, meliputi:

  1. Pendidikan jasmani (seperti senam), untuk menjaga tubuh tetap sehat dan kuat.
  2. Pendidikan intelektual, yang mencakup berbagai mata pelajaran seperti tata bahasa, retorika, logika, matematika, dan filsafat.
  3. Pendidikan moral, yang bertujuan untuk mengembangkan kebijaksanaan praktis dan kemampuan untuk hidup dengan adil.

Problem humanitas adalah konsep yang mengacu pada tantangan dalam memahami dan mencapai sifat sejati kemanusiaan. Dalam hal ini, ada tiga tema penting yang muncul sebagai bagian dari problem humanitas:

  • Arete (Keutamaan)

Merujuk pada keunggulan moral dan kebajikan. Bagi Plato, arete adalah kualitas penting yang harus dimiliki oleh setiap individu, khususnya pemimpin. Arete mencakup kebijaksanaan, keberanian, pengendalian diri, dan keadilan.

  • Phronesis (Penilaian Moral atau Kebijaksanaan Praktis)

Ini adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan praktis dan pengalaman. Phronesis adalah salah satu kebajikan tertinggi dalam filsafat Yunani, karena merupakan kebijaksanaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  • Sophrosyne (Moderasi)

Merujuk pada kemampuan untuk mengendalikan diri dan hidup dengan seimbang. Sophrosyne adalah kebajikan penting yang menjaga individu agar tidak berlebihan dalam aspek-aspek kehidupan tertentu, seperti nafsu, kemarahan, atau ambisi. Ini merupakan nilai yang sangat dihargai dalam tradisi Yunani, karena moderasi dianggap sebagai kunci untuk mencapai kebahagiaan dan harmoni.

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

Konsep penting dalam kepemimpinan republik Platon dan Ki Hadjar Dewantara

  • Problem Ignorance dalam Filsafat Pendidikan Plato dan Ki Hadjar Dewantara

Masalah ketidaktahuan (ignorance) dalam pendidikan, sebagaimana dipahami oleh dua tokoh besar: Plato dan Ki Hadjar Dewantara. Plato melihat ketidaktahuan sebagai salah satu hambatan utama bagi kemajuan individu dan masyarakat, di mana pendidikan adalah cara untuk membawa seseorang dari ketidaktahuan menuju pengetahuan dan kebijaksanaan. Konsep ini juga terlihat dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, yang mendirikan Taman Siswa dengan tujuan utama mendidik masyarakat Indonesia untuk menjadi lebih sadar dan terdidik.

  • Filsafat Pendidikan Plato

Plato adalah pendiri sekolah pertama bernama Akademia atau Sekolah Athena, yang berusia sekitar 9 abad. Akademia ini merupakan lembaga pendidikan pertama yang menekankan pada pendidikan yang holistik, mencakup pembelajaran moral, intelektual, dan fisik.

Dalam pendidikan Plato, ada tiga visi utama yang harus diterapkan oleh seorang pendidik, yang diadaptasi oleh Ki Hadjar Dewantara dalam konsep pendidikan di Indonesia:

  • Ing ngarso sung tulodo

Pemimpin atau guru harus menjadi contoh atau teladan bagi murid-muridnya.

  • Ing madyo mbangun karso

Pemimpin harus mampu memberikan motivasi di tengah-tengah masyarakat atau murid.

  • Tut wuri handayani

Pemimpin harus mendukung dari belakang, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berkembang.

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

Proses Pendidikan sebagai Perjalanan Keluar dari Gua

Pada Alegori Gua Plato, yang menggambarkan pendidikan sebagai proses keluar dari gua kegelapan menuju cahaya pengetahuan. Alegori gua ini melambangkan bagaimana manusia terjebak dalam dunia persepsi yang terbatas (seperti bayangan di dinding gua) dan hanya melalui pendidikan mereka dapat melihat realitas sebenarnya di luar gua (yang diwakili oleh cahaya matahari, simbol kebenaran dan pengetahuan) dengan menghubungkan pendidikan dengan perjalanan keluar dari gua, Plato menggarisbawahi pentingnya peran pendidikan dalam membawa individu menuju pemahaman yang lebih dalam dan lebih benar tentang dunia.

merujuk pada teori epistemologi dan jiwa manusia dalam pandangan Plato, yang melibatkan konsep doxa (opini) dan episteme (pengetahuan), serta pembagian jiwa manusia

Dua Garis Membagi (The Divided Line):

Plato membagi dunia menjadi dua bagian besar: dunia penampilan (world of appearances) dan dunia inteligibel (intelligible world). Pembagian ini dijelaskan melalui dua bagian:

  1. Dunia Penampilan (World of Appearances):
    • A (Eikasia)

Adalah tingkat paling rendah dari pengetahuan, berupa imajinasi atau gosip. Manusia pada tahap ini hanya mampu memahami bayangan atau ilusi.

  • B (Pistis)

Adalah tingkat kepercayaan, di mana seseorang memahami objek-objek yang terlihat, tetapi pemahamannya masih berdasarkan pada persepsi indra, bukan pemahaman yang mendalam.

  1. Dunia Inteligibel (Intelligible World):
    • C (Dianoia)

Tingkat ini adalah pemikiran abstrak. Seseorang mulai menggunakan logika dan berpikir secara matematis. Mereka bergerak ke tingkat pemahaman yang lebih dalam.

  • D (Noesis)

Ini adalah puncak pengetahuan, yaitu inteligensi atau kebijaksanaan. Manusia mencapai pengetahuan tentang "The Good" (Kebaikan) yang merupakan kebenaran tertinggi dalam pemikiran Plato.

Mutu adalah Manusia Keutamaan (Arete)

Plato menekankan bahwa mutu manusia diukur dari kemampuan mereka mencapai arete, atau keutamaan. Dalam konteks ini, pendidikan dan pengendalian diri sangat penting untuk memastikan jiwa manusia terstruktur dengan baik, di mana reason memimpin, spirit mendukung, dan keinginan dikendalikan.

1. Model Jiwa dalam Pandangan Plato:

Jiwa manusia dibagi menjadi tiga bagian utama:

  • Reason (Logistikon)

Bagian rasional dari jiwa yang berperan dalam penalaran dan kebijaksanaan. Ini adalah bagian yang seharusnya memimpin dalam kehidupan manusia.

  • Spirit (Thumos)

Ini adalah bagian yang berkaitan dengan semangat dan keberanian. Ia mendukung reason, tetapi jika tidak dikendalikan, bisa memicu emosi berlebihan.

  • Appetites (Epithumia)

Ini adalah bagian yang berkaitan dengan keinginan atau nafsu, seperti dorongan fisik dan kebutuhan material. Ini adalah bagian yang paling bawah dan harus dikendalikan oleh reason.

2. Simbol Kekuasaan dalam Diri Manusia:

  • Logistikon, Thumos, dan Epithumia adalah simbol kekuatan dalam jiwa manusia yang harus diatur secara harmonis agar manusia dapat mencapai kebijaksanaan dan kebajikan (arete).

3. Metafora Kereta Kuda:

Plato menggambarkan jiwa manusia seperti sebuah kereta yang ditarik oleh dua kuda:

  • Kuda pertama adalah thumos yang mewakili keberanian dan semangat.
  • Kuda kedua adalah epithumia yang mewakili nafsu dan keinginan.
  • Kusir kereta adalah logistikon atau akal yang bertugas mengendalikan kedua kuda tersebut agar tetap berjalan seimbang dan menuju kebenaran.

Progress Menuju Ke dan Bolak Balik:

Ini mengacu pada perjalanan manusia dari tingkat pemahaman yang lebih rendah (opini atau doxa) menuju pengetahuan yang lebih tinggi (episteme). Ada dua jalur perkembangan yang digambarkan:

1. Divided Line (Garis yang Membagi)

  • Eros

Pada tingkat pertama, manusia dikuasai oleh epithumia (nafsu) dan thumos (semangat).

  • Gagasan Homerik/Sofistik

Di tahap ini, pemikiran seseorang masih didominasi oleh pandangan dunia yang dangkal, seperti yang digambarkan dalam epik Homer.

  • Filsuf Gadungan

Mereka yang terjebak di tingkat pemahaman rendah dan tidak mencapai kebijaksanaan sejati.

  • Pengetahuan

Diwakili oleh eikasia (imajinasi) dan pistis (keyakinan), manusia masih berada dalam dunia ilusi.

  • Wilayah Dalam Gua

Ini adalah dunia bayangan, seperti yang digambarkan dalam "Allegory of the Cave" oleh Plato, di mana manusia hanya melihat pantulan realitas sejati.

2. Paideia

  • Eros (Logistikon)

Di sini, eros atau keinginan diarahkan oleh akal yang logis (logistikon).

  • Gagasan "Ide Yang Baik"

Manusia mulai memahami konsep "The Good" atau Kebaikan Tertinggi dalam pemikiran Plato.

  • Filsuf Alamiah (Bakat)

Manusia yang memiliki bakat alami untuk menjadi filsuf sejati dan mencapai kebijaksanaan.

  • Pengetahuan

Pada tingkat ini, seseorang menggunakan dianoia (pemikiran logis) dan noesis (pengetahuan murni) untuk memahami kebenaran sejati.

  • Wilayah Luar Gua (Matahari)

Di sini, manusia telah keluar dari gua bayangan dan mampu melihat realitas sejati, di mana Matahari melambangkan kebenaran dan kebijaksanaan.

  • Inteligibel (C D = episteme)

Tingkat tertinggi dari pengetahuan adalah memahami dunia inteligibel, di mana manusia mencapai kebijaksanaan sejati melalui episteme.

Menggambarkan pandangan Plato tentang perkembangan jiwa manusia dari nafsu dan opini menuju kebijaksanaan dan pengetahuan sejati. Pendidikan, atau paideia, memainkan peran penting dalam membawa seseorang dari kegelapan (ilusi dan opini) menuju pencerahan (pengetahuan dan kebajikan).

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

PPT Leadership
PPT Leadership "Diskursus Gaya Kepemimpinan Republik Platon" Prof. Apollo 

Tiga Metafora Utama untuk Mencapai "Ide yang Baik" (The Good)

1. Matahari (Sun)

Melambangkan kebenaran dan pengetahuan tertinggi. Sama seperti matahari yang menerangi dunia fisik, Ide yang Baik menerangi dunia pengetahuan.

2. Dua Garis Membagi (Divided Line)

Ini membagi dunia menjadi dua bagian besar:

  • Dunia yang terlihat (berbasis indera) dan dunia yang bisa dipahami melalui pemikiran rasional.
  • Dunia yang terlihat meliputi bayangan dan objek fisik, sementara dunia yang dipahami mencakup pengetahuan dan ide-ide murni.

3. Allegory of the Cave (Allegori Gua): Melambangkan perjalanan jiwa manusia dari kebodohan (ketidaktahuan) menuju pencerahan (pengetahuan sejati).

  • The Cave (Gua): Manusia yang terjebak di dalam gua melihat bayangan di dinding dan mengira bayangan tersebut adalah realitas.
  • The Fire (Api): Api di dalam gua mewakili sumber ilusi yang membuat orang berpikir bahwa bayangan adalah kenyataan.
  • Diffused Daylight (Cahaya yang Tersebar): Ketika seseorang mulai keluar dari gua, mereka secara bertahap dapat melihat kebenaran melalui cahaya yang samar.
  • Ascent to Sunlight (Pendakian Menuju Matahari): Pendakian menuju matahari melambangkan perjalanan seseorang keluar dari kebodohan menuju pencerahan penuh, di mana matahari melambangkan kebenaran sejati atau Ide yang Baik.

 

Proses Pendidikan Menurut Plato:

Pendidikan bukan hanya soal pengajaran pengetahuan teknis atau keterampilan, tetapi lebih kepada membimbing jiwa manusia untuk mengenali dan memahami kebenaran. Proses ini memerlukan paideia, yakni pembentukan karakter moral dan intelektual seseorang untuk mencapai Ide yang Baik (kebaikan dan kebenaran tertinggi).

sumber : 

Prof. Apollo. Kepemimpinan Republik Platon. Presentasi pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun