Pendahuluan
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk kaumnya. Karenanya, al-qur'an sendiri diperuntukkan bagi kebahagiaan dan keselamatan manusia. Di balik setiap lembar mushaf suci tersimpan misteri yang tak di ketahui oleh semua orang. Al-qur'an menyimpan kisah menakjubkan di balik turunnya wahyu yang telah mengagumkan manusia selama berabad-abad. Proses penurunannya yang bertahap, penghafalannya oleh para sahabat, hingga akhirnya dihimpun dalam bentuk mushaf seperti yang kita kenal sekarang, merupakan sebuah perjalanan sejarah luar biasa. Artikel ini akan mengupas secara mendalam kisah menakjubkan di balik wahyu pertama hingga selesainya penurunan al-qur'an, serta misteri yang masih menjadi perbincangan para ulama dan ilmuan.
Â
1.Peristiwa Agung di Gua Hira
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama pada 17 Ramadan 610 M di Gua Hira, sebelah utara Mekkah, dalam proses sebagai berikut:
*Nabi Muhammad SAW beribadah dan berdoa di Gua Hira
*Malaikat Jibril datang secara tiba-tiba dengan suara keras dan mendekap Nabi Muhammad SAW
*Malaikat Jibril berkata, "Iqra' (Bacalah!)"
*Nabi Muhammad SAW menjawab, "Aku tidak bisa membaca"
*Malaikat Jibril mendekap Nabi Muhammad SAW kembali hingga kepayahan dan menyampaikan perintah untuk membaca sebanyak tiga kali
*Malaikat Jibril melepaskan Nabi Muhammad SAW dan menyampaikan firman Allah
Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini menandai bahwa Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan diturunkannya Al-Qur'an, yang dikenal dengan Nuzulul Quran.
Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW pulang ke rumah dan menceritakan pengalamannya kepada istrinya, Khadijah. Khadijah kemudian menemui Waraqah bin Naufal, anak paman Khadijah yang merupakan penganut agama Nasrani. Waraqah mengatakan bahwa apa yang dialami Nabi Muhammad SAW merupakan hal yang pernah dialami pula oleh Nabi Musa.
Â
2.Proses Turunnya Al-Qur'an Secara Bertahap
Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur'an dalam dua periode: (1) Periode sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah); dan (2) periode sesudah hijrah (ayat-ayat madaniyyah), tetapi disini akan dipetakan menjadi tiga periode guna mempermudah dalam pengklasifikasiannya.
   Periode pertama, pada permulaan turunnya wahyu yang pertama (al Alaq 1-5) Muhammad saw belum diangkat menjadi Rasul, dan hanya berperan sebagai nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sampai pada turunnya wahyu yang kedua barulah Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan" (Q.S. Al-Muddatsir [74]:1-2). Kemudian sesudah itu, kandungan wahyu ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama, pendidikan bagi Rasulullah saw, dalam membentuk kepribadiannya. Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai ketuhanan. Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat Jahiliah ketika itu. Dapat dilihat, misal dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir-miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat arab ketika itu.
 Periode kedua, sejarah turunnya Al-Qur'an pada periode kedua terjadi selama 8-9 tahun, pada masa ini terjadi pertikaian dahsyat antara kelompok Islam dan Jahiliah. Kelompok oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara untuk menghalangi kemajuan dakwah Islam. Pada masa itu, ayat-ayat Al-Qur'an di satu pihak, silih berganti turun menerangkan kewajibankewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu. Sementara di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran. Selain itu, turun juga ayat-ayat mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat. Disini terbukti bahwa ayat-ayat Al-Qur'an bisa melawan pemahaman jahiliah dari segala sisi yang tidak lagi mempunyai sebuah arti dan kedudukan dalam rasio pemikirannya.
 Periode ketiga, pada periode ini dakwah Al-Qur'an telah mencapai atau mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaranajaran agama di Yatsrib (yang kemudian diberi nama Al-Madinah AlMunawwarah). Periode ini berlangsung selama 10 tahun. Ini merupakan periode yang terakhir, saat Islam disempurnakan oleh Allah SwT dengan turunnya ayat yang terakhir, Al-Maidah [5]: 3, ketika Rasulullah Saw wukuf pada haji wada' 9 Dzulhijjah 10 H/7 Maret 632 M. Dan ayat terakhir turun secara mutlak, surat AlBaqarah [2]: 281, sehingga dari ayat pertama kalinya memakan waktu sekitar 23 tahun.
Â
3.Penghafalan dan Penulisan Al-Qur'an pada Masa Rasulullah SAW.
Pada masa nabi Muhammad saw masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Pada masa ini pengumpulan Al-Qur'an di tembuh dengan dua cara: pertama, al jam'u fis sudur, yaitu dengan para sahabat langsung menghafalkannya diluar kepala setiap kali Rasulullah saw menerima wahyu. Dengan cara hafalan seperti ini mereka sangat masyhur dengan kekuatan daya hafalannya. Kedua: al jam'u fis suthur, yitu wahyu turun ketika Rasulullah saw berumur 40 tahun yaitu 12 tahun sebelum hijrah ke Madinah. Cara ini Rasulullah menyuruh para sahabat untuk menuliskannya sembari melarang para sahabat untuk menulis hadits-hadits beliau karena khawatir akan bercampur dengan Al-Qur'an.
Â
4.Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq
Pada zaman ini terjadinya perang yamamah yang menyebabkan banyak penghafal Al-Qur'an gugur. Setelah itu Abu Bakar ash-Shidiq mengkhawatirkan akan hilannya kitab suci ini. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengumpulkan seluruh ayat-ayat Al-Qur'an dan kemudian menunjuk Zaid bin Tsabit yaitu seorang pemuda cerdas dan hafal Al-Qur'an untuk memimpin tugastugas mulia ini. Zaid mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai sumber, termasuk hafalan para sahabat dan tulisan-tulisan yang tersebar. Ayat-ayat tersebut kemudian disusun menjadi satu mushaf yang utuh. Langkah ini bertujuan untuk melestarikan Al-Qur'an, menjaga kemurniannya, dan mencegah perbedaan penafsiran dikalangan umat islam. Mushaf yang dikumpulkan pada masa Abu-Bakar menjadi dasar bagi mushaf Utsmani yang kita gunakan hingga kini, membuktikan keberhasilan upaya para sahabat dalam menjaga warisan agung dari Rasulullah SAW.
Â
5.Kodifikasi mushaf Usmani pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Setelah nabi Muhammad SAW wafat, muncul perbedaan cara membaca Al-Qur'an. Untuk mengatasi hal ini, Khalifah Utsman bin Affan mengumpulkan dan menyalin semua mushaf Al-Qur'an yang ada menjadi satu versi yang seragam. Tujuannya adalah menjaga kemurnian Al-Qur'an dan menyatukan umat islam. Hasil dari upaya ini adalah mushaf Utsmani yang kita kenal sekarang. Mushaf ini menjadi standar bacaan Al-q-Qur'an bagi seluruh umat islam. Inti penjelasan berikut yaitu pengumpulan Al-Qur'an pada masa Utsman adalah upaya untuk menjaga kesucian dan kesatuan Al-Qur'an.
6.Mukjizat ilmiah dalam Al-Qur'an
Konsep mukjizat ilmiah dalam Al-Quran menyoroti adanya informasi ilmiah yang sangat akurat dalam ayat-ayat Al-Quran, padahal informasi tersebut baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. ini dianggap sebagai bukti keagungan Allah SWT. Keajaiban ini di mana banyak ayat Al-Qur'an ternyata sudah menjelaskan hal-hal ilmiah jauh sebelum manusia menemukannya. Ini membuktikan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah. Contohnya, Al-Qur'an sudah menjelaskan tentang pembetukan embrio manusia, pemisahan langit dan bumi, dan lapisan-lapisan laut. Meskipun begitu, Al-Qur'an bukan sebuah buku tentang sains. Memahami mukjizat ini membutuhkan pemahaman agama dan ilmu pengetahuan. Dan Al-Qur'an mengandung banyak keajaiban ilmiah yang membuktikan kebenarannya dan bisa menjadi inspirasi bagi ilmuan.
Kesimpulan
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup umat manusia, dimulai dengan peristiwa agung di Gua Hira, di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama berupa Surat Al-Alaq (1-5) dari Malaikat Jibril. Wahyu ini diturunkan secara bertahap selama sekitar 23 tahun, terbagi dalam tiga periode utama: masa awal di Mekkah, masa dakwah yang penuh tantangan, dan periode penyempurnaan ajaran di Madinah. Selama masa Rasulullah SAW, Al-Qur'an dikumpulkan melalui hafalan para sahabat dan penulisan pada berbagai media, dan setelah wafatnya Nabi Muhammad, pengumpulan Al-Qur'an dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar untuk menjaga agar wahyu tersebut tidak hilang. Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, mushaf Al-Qur'an dikodifikasikan menjadi satu versi yang seragam, yang dikenal sebagai Mushaf Utsmani, untuk menghindari perbedaan bacaan di kalangan umat Islam. Selain itu, Al-Qur'an juga mengandung mukjizat ilmiah, di mana banyak ayat yang mengungkapkan pengetahuan ilmiah yang baru ditemukan oleh sains modern, membuktikan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Ilahi yang tidak hanya relevan secara agama, tetapi juga menggugah pemikiran ilmiah, sehingga Al-Qur'an tidak hanya menjadi kitab petunjuk hidup, tetapi juga bukti keagungan dan kebesaran Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H