"Kalau di negeri kita, aksi kekerasan ini bukan fenomena baru," ungkap Sigit dikutip dari Suara, Sabtu (25/2/2023).
Kasus tindak kekerasan seperti ini kerap terjadi di Indonesia dalam rentang waktu tahun 1970 hingga 1980-an.
Namun kala itu para pelaku tak terlalu memusingkan jeratan hukum karena jauh dari sorotan publik, walaupun pemerintahan pada saat itu sangat otoriter.
"Bahkan ada yang nembak orang enggak dihukum. ada yang ngerjain cewek-cewek cantik nggak ditindak," jelas Sigit.
Namun dengan berubahnya sistem demokrasi di negara ini serta kemajuan teknologi dan kebebasan berpendapat, kasus seperti ini mudah tersorot publik.
"Media sosial, kontrol sosial itu lebih ketat. Maka perilaku itu lebih bisa dikendalikan oleh media, media sosial (netizen), oleh kelompok aktivis. Makanya sekarang ini tidak merajalela seperti dulu" lanjutnya.
Menurutnya, perilaku hedonisme ditunjukkan oleh Mario Dandy dengan cara mengendari mobil sport mewah hingga hidup dalam dunia yang glamor.
"Dalam sosiologi dikenal sebagai hedonisme, orang yang bersenang-senang, orang yang merasa dirinya menjadi pemilik barang-barang mewah dan dia merayakan kesenangannya dengan barang-barang mewah," ucap Sigit.
Biasanya, hedonisme itu dilakukan oleh generasi kedua para pejabat-pejabat yang bergelimang harta dan uang. Mereka tak perlu bersusah payah untuk mencari kekayaan karena hanya tinggal menikmati jerih payah orang tuanya.
Cara kita menghadapi perkembangan gaya hidup dan menhindari sikap Hedonisme