Mohon tunggu...
Fransiskus Pala
Fransiskus Pala Mohon Tunggu... Editor - Mencoba Memberantas Kekerdilan Jiwa

Tidak ada kata terlambat untuk memulai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Praktek Diakonat (Diakon Fransiskus Pala, OCD)

4 Mei 2023   11:38 Diperbarui: 4 Mei 2023   12:01 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MASA DIAKONAT, ADALAH PRAKTEK MENJALANI TRI MUNERE KRISTE

Dalam Gereja Katolik kaum tertabis itu terdiri dari tiga yakni: Uskup, Imam dan Diakon. Tugas yang dijalani adalah mengikuti tiga tugas Kristus atau Tri munere Kriste yaitu Munus docendi atau tugas pengajaran, yaitu tugas untuk mengajar dan memberitakan ajaran Gereja Katolik kepada umat. Tugas ini meliputi membimbing umat dalam memahami kitab suci, doktrin Gereja, dan liturgi, serta memberikan katekese bagi anak-anak dan orang dewasa. Munus sanctificandi atau tugas pengudusan, yaitu tugas untuk memimpin umat dalam ibadah dan merayakan sakramen. Tugas ini meliputi peran sebagai pemberi sakramen, seperti sakramen Ekaristi, Pengampunan, Pernikahan, dan Sakramen Minyak Suci, serta merayakan liturgi dan mengatur pelayanan keagamaan. Dan Munus regendi atau tugas kepemimpinan, yaitu tugas untuk memimpin gereja dan memimpin umat dalam pengembangan spiritualitas dan tugas sosial. Tugas ini meliputi peran sebagai pemimpin gereja, penasehat spiritual, pembimbing, dan penggembala umat.

Dalam menjalankan Tri Munere Kriste, seorang kaum tertabis (Uskup, Imam dan Diakon) diharapkan dapat memberikan pelayanan yang holistik dan terintegrasi, yaitu dengan menggabungkan tiga tugas utama tersebut dalam suatu kesatuan pelayanan gerejawi. Pelayanan ini diharapkan dapat membantu umat dalam memperdalam iman, membentuk karakter kristiani, serta memperkuat hubungan dengan Tuhan dan sesama.

Berikuti ini adalah refleksi perjalanan praktek diakonat saya Fransiskus Pala di Keuskupan Denpasar khususnya di stasi St. Fransiskus Asisi Karangasem dan Stasi St. Sesilia Klungkung. Saya menyadari bahwa tugas seorang daikon tidaklah gampang. Banyak anggapan bahwa bertiugas di Denpasar kota metropolitan akan banyak kemudahan-kemudahan, itu adalah sebuah anggapan yang keliru. Dimanapun tempat pelayanan pasti memiliki susah-senang, suka dan dukanaya tersendiri tergantung setiap pribadi yang menjalaninya. 

DASAR DAN TUGAS POKOK YANG HARUS DIJALANI OLEH SEORANG DIAKON

Saya secara sadar bahwa tugas saya sekarang bukanlah seorang awam melainkan seorang yang tertabis yakni seorang DIAKON. Seorang diakon dalam Gereja Katolik memiliki beberapa tugas yang penting, antara lain:

Pelayanan Liturgis: Diakon dapat melaksanakan sejumlah tugas liturgis dalam misa, seperti membantu Imam dalam upacara, membacakan Injil, memberikan homili, memberikan sakramen baptisan dan pernikahan, serta memimpin ibadah penguburan.

Pelayanan Sosial: Diakon juga dapat melakukan pelayanan sosial kepada umat dan masyarakat di sekitarnya, seperti mengunjungi orang sakit, memberikan bantuan bagi orang miskin, dan melakukan karya sosial lainnya.

Kegiatan Pastoral: Diakon dapat membantu dalam kegiatan pastoral, seperti memberikan katekese dan pengajaran agama, membina dan memimpin kelompok doa, serta membantu dalam pembinaan keluarga dan anak muda.

Pelayanan Pengabdian: Diakon diharapkan mampu memberikan teladan dan pengabdian sebagai contoh bagi umat dan masyarakat, sehingga dapat memotivasi orang lain untuk melayani gereja dan sesama.

Semua tugas yang dilakukan oleh diakon bertujuan untuk memperkuat iman umat dan membangun gereja sebagai komunitas yang hidup.

Semua tugas yang disebutkan di atas telah saya lakukan dengan baik, mulai dari pelayanan Liturgi, pelayanan sosial, kegiatan pastoral dan pelayanan pengabdian. Saya tahu bahwa pelayanan saya tidak seintens di paroki-paroki besar, tetapi pelayanan yang saya lakukan adalah semata-mata membuat umat menyadari bahwa betapa pentingnya Gereja ditengah kehidupan mereka dan membuat mereka lebih bersatu dengan Tuhan.

 

SUKA DAN DUKA KETIKA MENJALANI MASA DIAKONAT

Sebagai seorang diakon yang menjalani masa praktek selama 6 bulan tentu saja mengalami suka dan duka dalam menjalankan tugas-tugas. Beberapa di antaranya adalah:

Suka: Melayani Tuhan dan umat sebagai seorang diakon saya pun mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam dari pelayanan-pelayanan saya. Sebagai Diakon, saya tentu saja dapat merasakan rasa syukur dan kebahagiaan karena dapat mengabdi kepada Tuhan dan membantu sesama melalui pelayanan gereja.

Duka: selain kegembiraan yang saya dapatkan saya juga mengalami tantangan dan kesulitan dalam menjalankan tugas-tugas. Misalnya, diakon harus siap untuk merespon panggilan dalam kondisi apapun, bahkan ketika dirinya sedang lelah atau sakit. Selain itu, saya juga sering mengalami tekanan atau beban pekerjaan yang tinggi, sehingga membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang kuat.

Suka: Seorang diakon juga dapat merasakan kebersamaan dan solidaritas dengan sesama anggota Gereja, dapat bertemu dengan banyak orang yang memiliki kepercayaan dan tujuan yang sama, sehingga dapat memperkuat persaudaraan dan kebersamaan dalam membangun komunitas gereja.

Duka: Perjalan pelayanan dari tempat yang satu ketempat yang lainmembutuhkan waktu yang kurang lebih satu jam. Tetapi saya pun tidak dapat mengubah situasi, yang bisa saya ubah adalah cara pandang saya dan cara saya mengatasi masalah-masalah yang saya hadapi ini.

Namun, sebagai daikon, saya percaya bahwa semua suka dan duka yang dialaminya adalah bagian dari panggilan dan pengabdian yang diemban. Oleh karena itu, doa dan keyakinan pada Tuhan sangat penting bagi seorang saya dalam menjalankan tugas-tugasnya.

DOA SEBAGAI FONDASI YANG KUAT DALAM PELAYANAN

Di sela-sela kesibukan pelayanan saya bersama Kedua pastor (Pastor Oris, OCD dan Pastor Armindo, OCD) selalu menyempatkan diri untuk berdoa brefir pagi dan sore, Sedangkan siang jika memungkinkan. Saya sebagai seorang diakon berkeyakinan bahwa memiliki kekuatan spiritual yang kuat, godaan, tantangan dan tugas-tugas yang saya jalani berjalan dengan baik, karena saya tahu ketabahan, kesabaran, dan pengampunan itu bersumber dari Tuhan. Dengan doa dan keyakinan pada Tuhan, saya dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah yang diambil dan dapat menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan kepercayaan pada rencana Tuhan.

Doa juga membantu saya sebagai seorang diakon untuk memperdalam hubungannya dengan Tuhan dan memperkuat keimanan serta kesalehan dalam melaksanakan tugas-tugas gerejawi. Selain berdoa merenungkan firman Tuhan secara teratur saya lakukan, karena selain membantu umat merasa dekat dengan Allah saya pun mendapat manfaatnya yakni dapat mempertahankan semangat dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Kegiatan rutin yang dilakukan juga adalah memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan iman Katolik melalui studi dan refleksi, sebab tugas saya sebagai daikon juga adalah untuk mengajar umat tentang katekese, iman dan menyiapkan para katekumen dan baptisan baru, sehingga selain umat yang diajar memampukan mereka memahami Gereja Katolik dan firman Tuhan saya pun mendapat manfaat yakni saya mampu memperkuat komitmen dan dedikasinya dalam melayani Tuhan dan umat. Dengan demikian, saya sebagai daikon dapat mengembangkan kualitas pelayanannya dan memperkuat iman serta kesaksian yang diberikannya kepada umat.

PENTINGNYA PERSAUDARAAN

Dalam menjalani masa Diakonat saya melihat bahwa persaudaraan yang kuat dalam sebuah komunitas dapat membentuk keakraban dan saling menguatkan ketika melayani umat dalam karya pastoral. Berikut adalah beberapa alasan mengapa persaudaraan yang kuat sangat penting dalam konteks pelayanan pastoral:

Menumbuhkan rasa saling percaya: Dalam sebuah komunitas pelayanan, sebagai satu komunitas kami memiliki kesamaan tujuan dan tanggung jawab yang besar dalam melayani umat. Dalam hal ini, kepercayaan menjadi faktor penting dalam memastikan kinerja dan keberhasilan pelayanan. Dengan persaudaraan yang kuat, kami bertiga dapat membentuk rasa saling percaya yang memungkinkan untuk berbagi ide, pengalaman, dan masukan secara terbuka dan jujur.

Meningkatkan keefektifan pelayanan: Dalam konteks pelayanan, terkadang sulit untuk menyelesaikan masalah atau tantangan tanpa bantuan dari orang lain. Saya menyadari bahwa ketika anggota sebuah komunitas pelayanan merasa dekat dan saling memahami satu sama lain, mereka dapat lebih mudah bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam melayani umat.

Memberikan dukungan emosional: Melayani umat dapat menjadi pekerjaan yang sulit dan memerlukan banyak energi dan waktu khususnya bagi saya yang baru saja terjun dimedan pastoral. Persaudaraan yang kuat dalam komunitas pelayanan dapat memberikan dukungan emosional. Dukungan ini dapat membantu kami sebagai anggota komunitas Nabi Elia, khsusnya saya dalam mengatasi stres dan kelelahan, dan mempertahankan semangat dalam melaksanakan tugas.

Mendorong pertumbuhan pribadi: Persaudaraan yang kuat dalam sebuah komunitas pelayanan pastoral dapat mendorong pertumbuhan pribadi dan spiritual saya. karena lingkungan yang saling mendukung, kami dapat belajar dari pengalaman dan pengetahuan satu sama lain, serta terinspirasi oleh kesetiaan dan keberanian satu sama lain dalam melayani umat.

Dengan demikian, saya simpulkan bahwa persaudaraan yang kuat dalam sebuah komunitas pelayanan sangat penting dalam membentuk keakraban, saling mengingatkan, saling memberi masukan, dan saling menguatkan dalam karya pastoral. Hal ini dapat memperkuat kesatuan dan kebersamaan dalam pelayanan, serta memperkuat pengaruh positif pada umat yang dilayani.

PELAYANAN PASTORAL YANG BAIK DAN BENAR ADALAH BUAH DARI DOA DAN PERSAUDARAAN

Buah dari doa dan persaudaraan yang kuat dalam komunitas pastoral adalah pelayanan yang benar. Ketika saya sebagai agen pastoral dalam memulai dan menjalankan pelayanan pastoral adalah dengan doa dan persaudaraan yang kuat, maka saya akan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan efektif kepada umat. Dengan doa yang tanpa henti dapat membantu saya untuk mengenali kebutuhan jemaat, membangun hubungan yang erat dengan mereka, dan memberikan dukungan yang diperlukan.

Selain itu, doa dan persaudaraan yang kuat dalam komunitas pelayanan Nabi Elia Denpasar juga dapat membantu saya dan para pastor berdua untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam menjalankan pelayanan pastoral. Dengan doa, saya dapat memohon bimbingan dan kekuatan dari Tuhan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam persaudaraan yang kuat, kami dapat saling memberikan dukungan dan bantuan untuk mengatasi masalah tersebut secara bersama-sama.

Oleh karena itu, pelayanan pastoral yang benar membutuhkan doa dan persaudaraan yang kuat sebagai landasan yang kokoh. Ketika dilakukan dengan baik, hal ini akan menghasilkan pelayanan pastoral yang lebih baik, lebih efektif, dan lebih bermakna bagi umat semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun