Mohon tunggu...
Sadewa Putra Palagan
Sadewa Putra Palagan Mohon Tunggu... Editor - Penulis, peminat buku dan film

Saya lahir dari keluarga petani di Pati, Jateng, kemudian hijrah ke Jambi, kuliah di Padang, dan kini tinggal di Pekanbaru, Riau.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kuala Lumpur Love Story (8)

22 Desember 2018   00:15 Diperbarui: 22 Desember 2018   00:28 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Olahan Pribadi

Dewi menoleh ke arah Abi. Ia tahu cowok itu memang sengaja mengalihkan arah pembicaraan. "Gayamu. Selalu begitu kalau diajak ngomong serius..." katanya kemudian sambil tersenyum ketika melihat Abi sering menggaruk kepalanya.

"Aku sedang tak mau membicarakan orang lain. Aku mengajakmu jalan ke sini untuk menemanimu menikmati hujan. Tadi aku hampir membawa paying, tapi aku tahu kamu tak pernah mau pakai payung saat hujan begini. Aku sengaja memakai jaket tebal ini kalau-kalau kamu kedinginan. Ternyata kamu sudah memakai jaket sendiri..."

"Jangan sok romantis..."

"Nggak boleh ya romantis pada teman sendiri..."

"Jika aku kekasihmu... Aku kan bukan kekasihmu..."

"Kamu lebih penting dari semua gadis yang pernah menjadi pacarku..."

"Gombal kamu! Aku pula yang kamu gombalin... Pret!" kata Dewi sambil memejet hidung Abi. Kemudian ia tertawa, namun terdengar lembut di telinga Abi.

Teringat itu, Abi mengeluh dalam hati. Mengapa kami harus mengikrarkan bahwa sampai kapanpun kami tetap sahabatan? Bukankah sebenarnya ia gadis yang paling memahami diriku? Yang selalu ada ketika aku membutuhkannya? Yang kadang membetulkan kancing bajuku yang salah masuk sehingga banyak mahasiswa yang bilang aku berdandan seperti badut? Bukankah dia selama ini tak menuntut apapun dariku seperti gadis-gadis lain yang selama ini menjadi pacarku? Bahkan ketika dia ngajak bertemu dan aku bilang sedang bersama si Meli, Luna, atau Valeria, dia memilih mengalah dan bilang bahwa mereka lebih penting dari dirinya?

Dan kini, segala kenangan di Bandung itu kembali dalam ingatannya. (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun