"Saya tidak bersedia. Menikah tidak sesederhana itu." perempuan tiga puluh tahun itu segera berdiri. Sembari berkaca-kaca ia melangkah cepat menuju mobilnya.
Swassti merupakan orang yang berada di belakang layar novelis itu. Yah, bayangkan dia seperti manajer. Tapi lebih dari itu. Segala macam administrasi berada di tangannya. Bahkan uang yang tidak sepeserpun dipegang novelis itu.
Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, perempuan itu menangis. Ia tahu, ia tidak mungkin menolak wasiat bapaknya. Ia sudah lama memendamnya. Memendam cinta dan rindunya pada lelaki itu. Lelaki tampan bodoh yang lebih mencintai kucing sialannya ketimbang menganggap dirinya ada dan mencintainya.
Prambon, Sda 13/6/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H