Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta akan Tiba dan Jangan Kamu Coba Menolaknya

13 Juni 2019   12:19 Diperbarui: 13 Juni 2019   12:24 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia mengambil sepeda angin. Mengayuhnya keliling kampung. Sesekali menyapa beberapa kenalanannya. Kemudian pulang dan kembali membaca hasil tulisannya. Lalu menulis lagi berlembar-lembar sampai sore.

Malam harinya, ia menyerahkan tulisannya pada perempuan berkacamata yang berwajah cemas itu.

"Kamu kerjakan sebagaimana biasanya. Jangan pernah mengubah apapun dalam tulisan itu. Besok malam datang lagi."

Novelis itu hanya bicara itu saja. Tanpa basa-basi. Perempuan muda tersebut malah sama sekali tidak bicara. Ia hanya mengangguk dengan canggung. Kemudian pergi dengan mobil hitamnya. Ia adalah asistennya. Tugasnya mengetik tulisan tangan yang sangat ruwet si novelis. Untuk semua buku-bukunya.

Ketika seminggu telah berlalu, Swassti datang pagi hari membawa satu jilid berkas. Setebal 600 halaman. Setelah menyerahkan, ia balik dan hendak pergi.

"Duduk dulu. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Swassti terkejut. Ia segera duduk. Menatap lelaki itu.

"Jika saya mampus sebelum novel ini terbit, saya minta kamu yang urus semuanya. Saya tahu, tanpamu maka novel saya akan kering. Akan menjadi sampah di jalanan. Menjadi bungkus kacang goreng."

Untuk kali pertama, ia menatap Swassti. Sekejap. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jalan yang lengang.

"Besok saya akan menikahimu. Sebagaimana janji saya pada mending ayahmu dulu"

Swassti menunduk. Lelaki di depannya itu adalah orang yang sudah ia anggap sebagai dewa. Ia tidak bicara padanya, karena ia menganggap itu sebuah ketidakpantasan. Ia dapat melanjutkan hidup dengan serba ada juga berkat lelaki di hadapannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun