Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Agar Kebijakan 7 Habitus Anak Tak Sia-sia, Perlu Kesiapan Keluarga

2 Januari 2025   11:53 Diperbarui: 2 Januari 2025   18:00 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Siswa di salah satu ruang kelas SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, sedang mengikuti pembelajaran. (Dokumentasi pribadi)

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Tujuh habitus ini adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.

Ini diluncurkan untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul. SDM unggul setidaknya memiliki delapan karakter, yaitu religius, bermoral, sehat, cerdas dan kreatif, kerja keras, disiplin dan tertib, mandiri, serta bermanfaat.

Karena terkait dengan pembangunan karakter, habitus atau kebiasaan ini diterapkan terhadap anak. Sebab, pembangunan karakter membutuhkan waktu yang relatif lama. Yaitu, dengan dimulai dari pembiasaan sehari-hari secara berkelanjutan.

Pembiasaan yang berkelanjutan termaksud melibatkan banyak pihak. Tetapi, harus diakui bahwa keluarga memiliki peran besar ketimbang sekolah dan masyarakat.

Sebab, anak mengenal didikan pertama dalam lingkup keluarga oleh orangtua atau orang yang lebih dewasa yang berada dalam keluarga tersebut.

Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan memang diarahkan bagi siswa sekolah menengah pertama (SMP). Tetapi, kebiasaan ini sudah dapat mulai dibiasakan di dalam keluarga sejak kanak-kanak.

Dalam keluarga tertentu bahkan sudah diterapkan. Dan, efeknya telah dapat dipetik oleh keluarga bersangkutan. Malahan dapat dirasakan juga oleh pihak lain. Sekurang-kurangnya oleh pihak sekolah.

Buktinya, sekolah sudah dapat menandai bahwa anak-anak yang tumbuh kembang dalam keluarga yang seperti ini memiliki karakter yang beda. Mereka dapat menjadi teladan bagi siswa yang lain.

Sekolah harus jujur mengatakan bahwa yang membangun karakter anak secara mendasar adalah keluarga. Sekolah sekadar menambahkan ranah pengetahuan dan keterampilan ke dalam diri anak, yang notabene siswa.

Kalau pun karakter tertambahkan sudah pasti persentasenya sangat sedikit. Sebab, sekolah memang lebih mengarah ke bagian pengelolaan ranah pengetahuan dan keterampilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun