Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Classmeeting, Ruang untuk Merawat Mental Siswa

18 Desember 2024   19:57 Diperbarui: 18 Desember 2024   21:24 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Kelompok siswa yang menunjukkan kepiawaiannya dalam menari saat classmeeting. (Dokumentasi pribadi)

Classmeeting, di hampir semua sekolah, dirindu oleh semua siswa. Artinya, tak ada satu pun siswa yang membenci. Realitas ini sudah jamak dialami oleh siswa.

Karenanya, sudah terkerangka dalam pikiran siswa bahwa sehabis asesmen atau penilaian pasti ada classmeeting. Maka, pengurus organisasi siswa intra sekolah (OSIS), yang menjadi perwakilan siswa di sekolah, umumnya segera membangun komunikasi dengan guru.

Guru, dalam konteks ini, mengarah ke wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan pembina OSIS (selanjutnya disebut pembina OSIS). Sebab, secara struktural memang jalur komunikasinya seperti ini. Pengurus OSIS memiliki relasi langsung ke pembina OSIS.

Hanya, memang, galibnya pengurus OSIS sudah memiliki rancangan kegiatan classmeeting. Mereka proaktif. Mereka sudah menyiapkannya dengan baik. Itu sebabnya, pembina OSIS tinggal mengarahkan saja.

Cara demikian ini baik adanya. Sebab, pengurus OSIS lebih memahami harapan siswa, yang adalah rekan-rekan mereka sendiri. Sehingga, jenis aktivitas classmeeting sudah direlevankan. Artinya, disesuaikan dengan yang diinginkan oleh siswa.

Dan, sudah menjadi formula bahwa sesuatu yang sesuai dengan harapan membuat hati gembira. Pun demikian jenis kegiatan classmeeting yang sudah sesuai dengan keinginan siswa, pasti membuat mereka riang gembira.

Riang gembira yang dialami oleh siswa dalam classmeeting sebagai hal yang sangat penting. Sebab, suasana yang seperti ini dapat dimanfaatkan untuk merawat mental siswa.

Hal ini tak bermaksud mengatakan bahwa siswa mengalami gangguan mental. Tak demikian. Tetapi, riilnya dalam sehari-hari siswa nyaris hampir disibukkan dengan aktivitas belajar.

Baik mereka belajar di sekolah, bimbingan belajar (bimbel), ekstrakurikuler, maupun di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) --yang ini memang anak-anak yang mengkhususkan untuk mendalami bidang agama yang dianutnya.

Membayangkannya betapa siswa sehari-hari bergulat dengan banyak kegiatan. Seolah tak ada waktu sela. Sibuk terus. Sehingga, yang namanya lelah sudah pasti sangat melekat dalam diri mereka. Tak hanya lelah fisik, tetapi juga lelah psikis.

Kelelahan fisik lebih mudah dipulihkan. Dengan tidur saja, kelelahan fisik dapat diobati. Badan dapat segar kembali. Tetapi, kelelahan psikis membutuhkan tindakan yang (agak) berbeda. Tak bisa dengan tidur.

Bahkan, kelelahan psikis yang belum kembali pulih dapat saja memengaruhi kondisi fisik. Boleh jadi kondisi fisik seseorang yang baik-baik saja dapat berubah menjadi kurang baik karena orang termaksud masih mengalami kelelahan psikis.

Oleh karena itu, sangat penting siswa yang mengalami kelelahan psikis harus diperhatikan. Salah satunya dengan mengadakan classmeeting. Classmeeting yang biasanya diadakan setelah siswa asesmen atau penilaian sangatlah tepat. Sebab, asesmen atau penilaian seumpama puncak kelelahan psikis.

Disebut sebagai puncak kelelahan psikis karena siswa selama menghadapi asesmen atau penilaian umumnya memberdayakan segala kemampuannya, baik psikis maupun fisik, untuk belajar.

Namun, nyaris hampir semua siswa mengatakan bahwa dampak memberdayakan segala kemampuan secara optimal dalam durasi yang lama, bahkan jika melebihi kapasitas, yang paling terasa adalah lelah psikis.

Classmeeting yang riilnya menciptakan kegembiraan siswa, dengan demikian, dapat untuk menjaga mental siswa. Kelelahan psikis mereka dapat disudahi dengan aktivitas classmeeting.

Jika Anda seorang guru, silakan lihat siswa Anda saat ada aktivitas classmeeting. Apalagi kalau mereka terlibat langsung dalam aktivitasnya. Sudah pasti amat gembira dan semangat menggebu. Segala kelelahan psikis lenyap seiring kegembiraan mereka membuncah.

Ilustrasi 2: Kelompok siswa yang menunjukkan kepiawaiannya dalam menari saat classmeeting. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Kelompok siswa yang menunjukkan kepiawaiannya dalam menari saat classmeeting. (Dokumentasi pribadi)

Jenis aktivitas classmeeting umumnya dirupakan dalam lomba. Dan, itulah yang menjadi sumber kegembiraan mereka. Sekalipun lomba, yang muncul adalah suasana kegembiraan . Dengan begitu, keterlibatannya dalam lomba adalah cara menjaga mental.

Mereka yang tak terlibat dalam lomba bukan berarti tak dapat menjaga mentalnya. Sekalipun berperan sebagai suporter, atau sebagai penonton, dapat saja bagian dari menjaga mental. Sebab, selama menjadi suporter atau penonton, mereka juga mengekspresikan diri.

Pengurus OSIS memang sudah mempunyai kerangka berpikir bahwa lomba-lomba saat classmeeting harus ringan, lucu, dan dapat melibatkan banyak siswa. Yang terutama adalah dapat memunculkan kegembiraan bersama.

Andai saja Anda orangtua, silakan Anda menanyakan kepada anak Anda yang di sekolahnya sedang berlangsung classmeeting. Jawabannya, sudah pasti, senang. Rasa senang ini mereka peroleh karena mereka membandingkan suasana dalam classmeeting dengan suasana di sekolah selama dalam pembelajaran.

Makanya, sekalipun durasi classmeeting tak panjang, selalu dirindukan oleh siswa. Classmeeting ruang kegembiraan yang serupa oase. Keseriusan, kepenatan, kejenuhan, dan kesuntukan yang dialaminya selama dalam pembelajaran dapat diobati melalui aktivitas classmeeting. Jadi, classmeeting identik dengan kegembiraan.

Orangtua tentu merasa gembira juga saat melihat anaknya gembira. Orangtua yang sudah lazim membangun komunikasi secara akrab dengan anak, akan selalu melihat dinamika keseharian anak. Sehingga, sangat mudah menandai anaknya sedang riang ria atau sedang menyandang beban.

Orangtua yang cermat, umumnya, mengetahui aura kegembiraan si anak saat beraktivitas pada masa jeda, yaitu saat classmeeting. Bahkan, bukan mustahil si anak juga bercerita tentang classmeeting di sekolahnya.

Hal ini penting bagi orangtua untuk meresponsnya dengan antusias. Sebab, respons ini akan melengkapi kegembiraan anak yang didapat lewat classmeeting. Dengan begitu, upaya untuk merawat mental anak dilakukan juga oleh orangtua pada masa jeda sekolah, setelah asesmen atau penilaian.

Classmeeting merupakan aktivitas yang terbatas. Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, classmeeting dilaksanakan empat hari. Cukup bagi siswa untuk memasuki ruang kegembiraan secara bersama.

Kesibukan sekitar enam bulan yang dipenuhi dengan aktivitas belajar, yang dirasakan oleh siswa "berat", aktivitas classmeeting mampu menghapus rasa termaksud dan berubah menjadi suka cita. Seumpama panas setahun dihapus oleh hujan sehari, ada kesegaran.

Itulah kekuatan classmeeting. Sehingga, sudah menjadi tradisi di hampir setiap sekolah, classmeeting dilaksanakan sehabis asesmen atau penilaian. Siswa melalui pengurus OSIS, seperti sudah disebut di atas, selalu proaktif. Sekolah belum menginfokan tentang classmeeting, mereka sudah mendahului menanyakan.

Dari sikap mereka yang seperti ini menggambarkan bahwa classmeeting benar-benar aktivitas yang sangat diharapkan oleh siswa. Dan, sekolah tak salah kalau selalu mengagendakan aktivitas classmeeting ini bagi siswanya secara berkala, selaras dengan momen asesmen atau penilaian.

Pada akhirnya, kita diajak mengingat sebuah kelakar bahwa jika mesin saja membutuhkan pendinginan, apalagi orang. Ada saatnya orang harus melepas ketegangan. Beralih merilekskan diri, menemu kegembiraan. Bagi siswa, salah satunya, melalui classmeeting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun