Sudah banyak desa atau daerah memerhatikan sampah dan dampak buruknya terhadap lingkungan. Sehingga, desa atau daerah sudah memiliki bank sampah, yang pengelolaannya melibatkan warga setempat.
Ada juga usaha kecil kreatif yang memanfaatkan sampah yang melibatkan warga pula. Ini ruang pendidikan tentang sampah dan lingkungan, yang dapat juga menjadi area bersama mengajak anak ambil bagian.
Setidak-tidaknya anak mengenal bahwa di lingkungan desa atau daerahnya ada aktivitas lanjutan dari aktivitas yang mereka lakukan di dalam keluarga. Dengan begitu, pengetahuan anak bertambah. Dan, bukan mustahil ketertarikan anak dalam pengelolaan sampah pun akhirnya meningkat.
Sementara itu, sekolah yang bersifat formal dengan program yang salah satunya pasti concen terhadap lingkungan, notabene sampah, semakin memperteguh bahwa anak memiliki banyak ruang belajar mengenai persampahan. Yang, jika tak dikelola dengan benar dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, yang adalah habitat mereka.
Itu sebabnya, ketika kita, orangtua atau orang dewasa, melibatkan anak sejak dini dalam mengelola --baik langsung maupun tak langsung-- sampah dengan benar yang akan berefek terhadap terciptanya lingkungan yang nyaman, bersih, aman, dan asri berarti sudah menanam investasi gaya hidup hijau untuk masa kini dan mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H