Hal ini diperlukan adanya kesadaran dalam masing-masing keluarga. Seluruh anggota keluarga terlibat. Dan, ini akan mudah dilakukan karena sampah yang dihasilkan oleh keluarga rerata tak banyak.
Ini harus dimulai terlebih dahulu dari tindakan orangtua atau orang dewasa yang ada dalam keluarga. Sebab, mereka yang memiliki pengetahuan dan kesadaran lebih baik ketimbang anak-anak.
Sekalipun memang kadang ada juga pengetahuan dan kesadaran anak-anak lebih baik daripada pengetahuan dan kesadaran orangtua atau orang dewasa yang ada dalam keluarga. Sebab, mereka, anak-anak ini, sudah melakukan pembiasaan peduli terhadap sampah di sekolahnya.
Sekolah menempatkan pembiasaan siswa peduli terhadap sampah berada di posisi yang tinggi. Artinya, pembiasaan ini tak pernah diabaikan oleh sekolah. Sebab, disadari atau tak disadari, sekolah merupakan tempat  yang juga menghasilkan banyak sampah.
Karenanya, sekolah, apalagi sekolah adiwiyata, sudah pasti membangun kepedulian warga sekolahnya peduli terhadap lingkungan sekolah. Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang lingkungannya sudah tersertifikasi sebagai lingkungan belajar yang nyaman, aman, asri, dan bersih.
Seluruh warga sekolah sudah pasti dilibatkan dalam menciptakan lingkungan sekolah yang membuat warganya selalu betah di sekolah. Siswa menjadi subyek yang selalu ambil bagian dalam menjaga dan merawat lingkungan sekolah.
Memilah sampah dan menempatkannya di tempat sampah yang sesuai dengan peruntukannya sudah ditanamkan sejak mereka menjadi warga sekolah. Dengan begitu, siswa satu dengan siswa yang lain saling belajar mengenai hal ini.
Saling belajar ini dapat dilakukan sebab setiap hari efektif masuk sekolah, siswa melakukannya atau setidak-tidaknya melihat temannya yang kebetulan terjadwal mengelola sampah. Ini praktik baik yang begitu dekat dengan keseharian siswa saat belajar di sekolah.
Namun toh begitu, sekolah tak mudah membangun kebiasaan peduli sampah dan lingkungan bagi seluruh siswa. Apalagi sekolah yang memiliki banyak siswa, hingga ratusan.
Sekolah umumnya sudah mengambil cara yang dipandang baik. Misalnya, menyediakan tong sampah dengan penanda khusus klasifikasi sampah, ada sosialisasi, ada bank sampah dengan sistem pengelolaannya, ada lomba, ada duta lingkungan atau duta adiwiyata, dan sejenisnya.