Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melibatkan Anak Mengelola Sampah Itu Investasi Gaya Hidup Hijau

4 Desember 2024   18:51 Diperbarui: 5 Desember 2024   07:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1: Siswa sedang memilah sampah. (Dokumentasi pribadi)

Sudah banyak orang di banyak tempat merasa kurang nyaman gegara sampah. Kadang di dalam perjalanan saja, bau busuk menyengat hidung.

Karena truk sampah mengangkut sampah ke arah tempat pembuangan sampah (TPS), yang sering beriringan dengan orang yang akan bekerja, sekolah, atau beraktivitas yang lain.

Bau tak sedap juga disebabkan oleh sampah yang biasanya dibungkus plastik, yang oleh orang tak bertanggung jawab dibuang semaunya di pinggir jalan. Umumnya lokasinya (agak) jauh dari perkampungan.

Kenyataan ini juga sering merusak pemandangan. Apalagi jika plastik pembungkus sampah termaksud sobek, berserakanlah sampah di dalamnya. Semakin hari terlihat semakin banyak, kumuh, dan lalat selalu setia berada di lokasi ini.

Dulu, saat saya pergi-pulang mengajar dengan menaiki pit dapat menghirup udara segar dan melihat pemandangan yang asri sepanjang jalan. Kini, semua itu sudah tak dapat ditemukan lagi.

Yakin tersebab ini, beberapa tahun terakhir ini mulai bermunculan gerakan peduli sampah. Di beberapa desa ada pengelolaan sampah yang mulai tertata baik. Melibatkan warga setempat. Sampah rumah tangga dikelola dalam keluarga. Lalu, dilanjutkan ke bank sampah tingkat desa.

Bahkan, beberapa desa, termasuk desa tempat saya dan keluarga berdomisili, menyediakan tong sampah organik dan nonorganik bagi warganya. Rumah tangga diarahkan untuk memilah sampah, yaitu sampah organik dan nonorganik.

Karenanya, melibatkan anak dalam pengelolaan sampah di dalam keluarga merupakan langkah yang sangat positif. Anak mulai diajak mengenal jenis sampah. Memilahnya dengan benar sesuai klasifikasinya. Atau, sesuai dengan permintaan pengelola sampah di desa (saja) sudah tergolong baik.

Karena hampir dapat dipastikan setiap hari ada sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga sekalipun (mungkin) tak banyak. Pengelolaannya dapat secara rutin melibatkan anak.

Kebiasaan ini akan membentuk karakter anak peduli terhadap sampah. Efek pengelolaan yang benar terhadap lingkungan yang baik pun akan dapat dirasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun