Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Teater di Sekolah Itu Mata Pelajaran Kehidupan

30 Oktober 2024   23:18 Diperbarui: 31 Oktober 2024   16:48 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Flyer pentas "Badai Sepanjang Malam", Teater Jasmine, SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)

Karenanya, tak sedikit lulusan yang ketika sudah berada di masyarakat, ilmu yang didapat di sekolah kurang sesuai dengan aktivitas hidupnya. Sekalipun harus diakui bahwa ada juga lulusan yang ketika sudah berada di masyarakat, ilmu yang didapat di sekolah diterapkan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Dan, dalam teater, nyata bahwa --ini setelah saya melihat pentas Teater Jasmine dalam naskah "Badai Sepanjang Malam"-- siswa diajak untuk menghayati kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan di masyarakat.

Bahkan, kehidupan masyarakat yang jauh dari masa yang dialaminya. Yaitu, masa lampau yang dirinya sendiri belum lahir di dunia. Jadi, jelas-jelas ia buta terhadap kehidupan masyarakat termaksud.

Tapi, siswa yang terlibat langsung dalam pentas ini, terutama para pemeran, dibersamai oleh pelatih dan pembina menyelami para tokoh dan masyarakat dalam naskah.

Para tokoh dalam naskah "Badai Sepanjang Malam" yang dipentaskan oleh Teater Jasmine, misalnya, adalah karakter yang usianya jauh lebih tua dari siswa yang memerankan. Yang, juga berada dalam kehidupan masyarakat sekitar tahun 1970-an.

Tapi, siswa yang memerankan harus memasuki karakter ini. Sekalipun masih siswa SMP yang berusia sekitar 14-an tahun, ia harus menghayati tokoh yang berusia 30-an tahun. Juga menghayati masyarakat tempo dulu, seperti sudah disebut di atas, jauh sebelum ia lahir.

Ini tentu bukan tugas yang mudah. Tugas yang membutuhkan kecerdasan beragam, baik kecerdasan kognitif, psikomotorik, maupun afektif, yang di dalamnya memuat kecerdasan emosional, spiritual, personal, dan interpersonal.

Maka, proses latihan sebelum pentas sangat menyita energi, baik fisik maupun psikis, selain waktu. Waktu memang tak dapat dikompromikan sebab siswa memiliki kewajiban belajar. Karenanya, yang terjadi kemudian berbagi waktu secara cermat.

Dan, jelas bahwa siswa yang mendapat bagian ini berusaha dan bekerja keras untuk menghayati perannya. Ia menjadi seperti orang yang jauh lebih dewasa.

Ia menghadapi persoalan hidup yang dialami oleh orang yang jauh lebih dewasa. Ia juga menghadapi problem masyarakat tempo dulu di pelosok desa.

Artinya, siswa yang membawakan karakter ini sudah memasuki kehidupan yang lebih luas, yaitu kehidupan dengan berbagai problem yang dihadapi oleh orang dewasa di tengah-tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun