Karenanya, tak sedikit lulusan yang ketika sudah berada di masyarakat, ilmu yang didapat di sekolah kurang sesuai dengan aktivitas hidupnya. Sekalipun harus diakui bahwa ada juga lulusan yang ketika sudah berada di masyarakat, ilmu yang didapat di sekolah diterapkan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Dan, dalam teater, nyata bahwa --ini setelah saya melihat pentas Teater Jasmine dalam naskah "Badai Sepanjang Malam"-- siswa diajak untuk menghayati kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan di masyarakat.
Bahkan, kehidupan masyarakat yang jauh dari masa yang dialaminya. Yaitu, masa lampau yang dirinya sendiri belum lahir di dunia. Jadi, jelas-jelas ia buta terhadap kehidupan masyarakat termaksud.
Tapi, siswa yang terlibat langsung dalam pentas ini, terutama para pemeran, dibersamai oleh pelatih dan pembina menyelami para tokoh dan masyarakat dalam naskah.
Para tokoh dalam naskah "Badai Sepanjang Malam" yang dipentaskan oleh Teater Jasmine, misalnya, adalah karakter yang usianya jauh lebih tua dari siswa yang memerankan. Yang, juga berada dalam kehidupan masyarakat sekitar tahun 1970-an.
Tapi, siswa yang memerankan harus memasuki karakter ini. Sekalipun masih siswa SMP yang berusia sekitar 14-an tahun, ia harus menghayati tokoh yang berusia 30-an tahun. Juga menghayati masyarakat tempo dulu, seperti sudah disebut di atas, jauh sebelum ia lahir.
Ini tentu bukan tugas yang mudah. Tugas yang membutuhkan kecerdasan beragam, baik kecerdasan kognitif, psikomotorik, maupun afektif, yang di dalamnya memuat kecerdasan emosional, spiritual, personal, dan interpersonal.
Maka, proses latihan sebelum pentas sangat menyita energi, baik fisik maupun psikis, selain waktu. Waktu memang tak dapat dikompromikan sebab siswa memiliki kewajiban belajar. Karenanya, yang terjadi kemudian berbagi waktu secara cermat.
Dan, jelas bahwa siswa yang mendapat bagian ini berusaha dan bekerja keras untuk menghayati perannya. Ia menjadi seperti orang yang jauh lebih dewasa.
Ia menghadapi persoalan hidup yang dialami oleh orang yang jauh lebih dewasa. Ia juga menghadapi problem masyarakat tempo dulu di pelosok desa.
Artinya, siswa yang membawakan karakter ini sudah memasuki kehidupan yang lebih luas, yaitu kehidupan dengan berbagai problem yang dihadapi oleh orang dewasa di tengah-tengah masyarakat.