Sementara itu, siswa yang jatuh sakit hingga perlu perawatan di ruang UKS ditangani oleh guru, yang selalu melibatkan siswa PMR yang bertugas. Beberapa siswa PMR memang ada yang bertugas di UKS. Untuk melayani siswa yang sakit.
Mereka memang bukan anak-anak yang memiliki kelebihan di bidang memberi tindakan terhadap anak yang sakit. Tapi, kemauan untuk ambil bagian di bidang ke-PMR-an merupakan spirit yang harus ditumbuhkan.
Sebab, siswa yang memiliki kesetiaan ambil bagian di bidang ini tak banyak jumlahnya. Karenanya, siswa yang sudah mau terlibat, apalagi keterlibatannya dimulai sejak Kelas VII hingga Kelas IX seperti di sekolah tempat saya mengajar, mereka adalah pribadi-pribadi yang rasa sosial kemanusiaannya tinggi.
Betapa tidak. Saat bertugas di UKS, misalnya, mereka harus total memberi layanan terhadap siswa yang sakit. Mulai dari mengambilkan minum, melayani memberi obat yang sudah disarankan oleh guru pembimbing.
Jika ada siswa yang terluka, mereka membantu membersihkan lukanya dan mengobatinya. Serta, jika ada yang terkilir, mereka menyampaikan kepada guru yang biasanya memberi bantuan dalam hal ini.
Karena, perihal massage perlu keterampilan khusus, yang selama ini saya tak pernah melihat atau mengetahui siswa PMR dapat melakukannya. Yang dapat melakukannya di sekolah tempat saya mengajar adalah guru mata pelajaran (mapel) Olahraga.
Siswa PMR juga sering terlibat dalam kegiatan pramuka, misalnya, saat berlangsung perkemahan, baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah. Juga pada hari-hari biasa di sekolah yang kebetulan terjumpai ada siswa yang perlu bantuan kesehatan, siswa PMR pasti dilibatkan.
Hanya memang, ketika berlangsung upacara bendera, keterlibatan mereka lebih kentara dan tertata dengan baik. Sebab, ada jadwal yang sudah disiapkan dan diikutinya secara berkala.
Sehingga, melalui perannya dalam aktivitas ini, pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka semakin terasah. Lambat laun potensi mereka dalam bidang ke-PMR-an, yang sangat dekat dengan kepedulian, kemanusiaan, kebersamaan, pelayanan kesehatan, dan sosial kemasyarakatan akan terbentuk secara optimal.
Tambahan saat ada kunjungan pelayanan kesehatan dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat, mereka juga dilibatkan. Sehingga, membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih terbuka. Lebih mudah beradaptasi dan menerima hal dari luar yang sesuai dengan kecenderungannya. Dengan begitu, dapat mengetahui "dunia" luar, tak hanya sekolah.
Dalam konteks ini, mereka kemudian mengenal juga orang-orang yang berkecimpung di bidang kesehatan di puskesmas, yang mungkin jarang atau bahkan tak pernah mereka ketahui. Melalui ini, setidak-tidaknya mereka mengenal dokter dan perawat dengan sebagian aktivitasnya.