Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Senin, Hari yang Dirindu Anak Petugas Upacara Bendera

16 Oktober 2024   13:54 Diperbarui: 20 Oktober 2024   20:12 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Siswa petugas upacara bendera saat mengikuti lomba Tata Upacara Bendera (TUB) baru-baru ini. (Dokumentasi pribadi)

Senin merupakan hari yang berat. Begitu kira-kira yang sering kita dengar dari beberapa orang di sekitar kita. Lebih-lebih bagi pekerja, baik pekerja sebagai pegawai negeri maupun swasta.

Sebab, Senin sebagai hari pertama masuk bekerja. Yang, berarti mulai memasuki rutinitas sehari-hari. Dari pagi hingga sore, bahkan dapat saja hingga malam. Si sulung, yang sebagai pekerja swasta, misalnya, kadang kala mengalaminya. Pulang hingga malam.

Karena hari pertama, sebagian banyak orang membayangkan bahwa akan memulai kesibukan. Artinya, akan memasuki hari-hari sibuk selama beberapa hari ke depan.

Bayangan ini yang kemudian membuat kurang nyaman. Sehingga, muncul rasa malas alias ogah-ogahan. Rasanya lebih nikmat duduk-duduk saja, bahkan rebahan daripada mulai bekerja.

Memang sih sehabis libur masih terasa suasana libur. Masih terbayang-bayang aktivitas bersenang-senang, santai, bersenda gurau, melihat film, memancing, memasak, dan lain-lain aktivitas sesuai dengan kesenangan masing-masing.

Tapi, tak demikian saya melihat pada diri siswa, terutama mereka yang menjadi petugas upacara bendera. Mereka terlihat bersemangat. Dan, hal ini membawa pikiran saya ke masa silam.

Ketika saya masih sekolah, baik saat sekolah dasar (SD) maupun sekolah menengah pertama (SMP), pernah menjadi petugas upacara bendera. Saya dan teman-teman yang menjadi petugas upacara bendera merasa bangga.

Sebab, anak yang menjadi petugas upacara bendera adalah siswa pilihan. Yang, dalam hal baris-berbaris, kami memiliki kelebihan dibandingkan dengan siswa yang lain. Makanya, wajar kalau menjadi petugas upacara diingini oleh banyak siswa.

Pakaian petugas upacara bendera berbeda dengan siswa yang lain. Saya merasa, waktu itu, menjadi perhatian banyak orang karena berbeda. Dan, ini sebuah kebanggaan. Maka, setiap Senin, saat mengenakan seragam petugas upacara bendera, hati kami berbunga-bunga.

Belum lagi ketika upacara dilaksanakan. Benak kami bertambah gembira. Sebab, kami menjadi pusat perhatian guru dan semua siswa. Saat upacara selesai dan kami merasa tak ada yang salah dalam bertugas, jadilah kami seolah berada di atas awan.

Yang dulu pernah kami merasakan, ternyata tak jauh berbeda dengan siswa masa kini yang sudah dipilih oleh sekolah menjadi petugas upacara bendera.

Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, siswa yang menjadi petugas upacara bendera adalah hasil seleksi. Keterampilan baris-berbaris menjadi indikator utama dapat atau tak dipilih menjadi petugas upacara bendera. Sikap dan sopan santun juga menjadi indikator.

Karenanya, siswa yang menjadi petugas upacara bendera tak banyak. Siswa Kelas 7 ada dua tim, yaitu tim pertama dan tim kedua. Demikian juga siswa Kelas 8 dan Kelas 9, masing-masing memiliki dua tim.

Mereka bertugas bergantian secara urut. Misalnya, Senin ini tim pertama Kelas 7; Senin berikutnya, tim kedua Kelas 7. Begitu seterusnya, berlangsung bergantian secara urut sehingga tanpa diberi tahu, mereka sudah menghitung-hitung Senin kapan akan bertugas.

Tak hanya saat upacara bendera hari Senin, mereka bertugas. Tapi, juga pada saat hari-hari besar nasional. Hanya, kalau pada hari-hari besar nasional yang bertugas dikolaborasi, diambilkan dari Kelas 7, Kelas 8, dan Kelas 9 yang masuk dalam kategori unggul.

Mengamati secara sederhana terhadap enam tim petugas upacara bendera ini, saya selalu menemukan kegembiraan dalam diri mereka setiap saat mereka bertugas. Mungkin saja rasa yang dulu pernah kami rasakan juga dirasakan oleh mereka. Ada kebanggaan tersendiri.

Apakah realitas seperti yang saya jumpai di sekolah tempat saya mengajar, ada juga di sekolah yang lain? Saya belum pernah melihatnya. Pun belum pernah menanyakan kepada gurunya.

Tapi, tentu saja para guru mengetahui bahwa siswanya yang menjadi petugas upacara bendera, terbeban atau bersukacita. Para guru mereka yang mengetahui.

Kalau terbeban boleh jadi siswa yang menjalankan tugas dalam upacara bendera belum siap. Hal demikian dapat saja terjadi. Karena, mungkin, mereka masih kurang dalam berlatih. Atau, jam terbangnya masih sedikit.

Bisa juga karena siswa ditunjuk secara mendadak. Misalnya, sehari dua hari sebelum upacara bendera dilaksanakan. Hal demikian juga dapat menyebabkan siswa merasa takut. Mereka justru memandang Senin sebagai hari yang menegangkan.

Bagi siswa yang sudah siap --mereka petugas upacara bendera yang sudah dipilih--, Senin justru sebagai hari yang dirindu. Hari yang ditunggu. Sekalipun, umumnya, sehari sebelumnya, mereka libur sekolah, karena Minggu.

Bagi siswa SMA/SMK (sekolah menengah kejuruan) dan yang sederajat di daerah kami, bahkan libur panjang. Karena, Sabtu dan Minggu mereka libur. Mereka sekolah hanya lima hari.

Saya tak mengetahui (persis) tentang siswa SMA/SMK dan yang sederajat, yang menjadi petugas upacara bendera (hari) Senin, sukacita atau tidak, setelah mereka libur dua hari.

Tapi, saat saya bertanya kepada si bungsu, yang kini SMA Kelas XI, mengenai perasaannya saat memasuki (hari) Senin, ia menjawabnya, biasa saja.

Saya mengartikan jawaban ini sebagai gambaran benaknya yang tak merasa terbeban atau merasa benci terhadap Senin, sebagai hari pertama dalam sepekan ia masuk sekolah. Boleh jadi teman-temannya juga memiliki perasaan yang sama.

Tapi, dapat saja berbeda. Saya menemukan fakta tersebut ketika saya menanyakan kepada beberapa siswa, yang terhadap mereka saya mengajar. Ketika saya menanyakan tentang perasaannya menghadapi Senin, mereka menjawab, lelah Pak!

Jumlah siswa yang memiliki sikap seperti di atas lebih banyak ketimbang jumlah siswa yang memiliki sikap seperti siswa yang memiliki peran sebagai petugas upacara bendera. Apalagi, petugas upacara bendera memang sudah pilihan sekolah. Jadi, jumlahnya relatif terbatas.

Kenangan saya ketika masih SD, kami, saya dan teman-teman, merasa bangga saat tiba hari Senin karena kami akan menjadi pusat perhatian banyak pasang mata, saat menjalankan peran petugas upacara bendera.

Pun demikian, saat ini, siswa kami yang SMP yang menjadi petugas upacara bendera selalu bersemangat mengharap Senin atau hari-hari-hari besar nasional segera datang karena mereka dapat menunjukkan keterampilannya di hadapan teman dan guru di sekolah.

Saya rasa siswa SMA/SMK pun demikian. Apalagi, mereka dapat diprospek menjadi lebih baik karena peluang masuk ke tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat kabupaten, bahkan provinsi, sangat mungkin.

Bagi mereka, Senin dan hari-hari besar nasional yang umumnya di dalamnya ada aktivitas upacara bendera, adalah hari yang ditunggu-tunggu. Karena, sangat mungkin sebagai hari yang memberi spirit mereka untuk semangat beraktivitas.

Bahkan, yang pada hari sebelumnya lelah karena mungkin berkegiatan bersama keluarga dan saudara mengisi liburan, Senin menjadi terapi yang memunculkan energi baru untuk meniti hari-hari yang sudah menanti.

Akhirnya, di dalam semua ini semakin menegaskan bahwa siswa yang menjadi petugas upacara bendera, baik di jenjang SD, SMP, dan SMA/ SMK, menghayati bahwa Senin dan hari-hari besar nasional sangat berharga karena dapat menjadi ruang, tak hanya untuk mengekspresikan kebanggaan, tapi juga buat unjuk potensi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun