Yang dulu pernah kami merasakan, ternyata tak jauh berbeda dengan siswa masa kini yang sudah dipilih oleh sekolah menjadi petugas upacara bendera.
Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, siswa yang menjadi petugas upacara bendera adalah hasil seleksi. Keterampilan baris-berbaris menjadi indikator utama dapat atau tak dipilih menjadi petugas upacara bendera. Sikap dan sopan santun juga menjadi indikator.
Karenanya, siswa yang menjadi petugas upacara bendera tak banyak. Siswa Kelas 7 ada dua tim, yaitu tim pertama dan tim kedua. Demikian juga siswa Kelas 8 dan Kelas 9, masing-masing memiliki dua tim.
Mereka bertugas bergantian secara urut. Misalnya, Senin ini tim pertama Kelas 7; Senin berikutnya, tim kedua Kelas 7. Begitu seterusnya, berlangsung bergantian secara urut sehingga tanpa diberi tahu, mereka sudah menghitung-hitung Senin kapan akan bertugas.
Tak hanya saat upacara bendera hari Senin, mereka bertugas. Tapi, juga pada saat hari-hari besar nasional. Hanya, kalau pada hari-hari besar nasional yang bertugas dikolaborasi, diambilkan dari Kelas 7, Kelas 8, dan Kelas 9 yang masuk dalam kategori unggul.
Mengamati secara sederhana terhadap enam tim petugas upacara bendera ini, saya selalu menemukan kegembiraan dalam diri mereka setiap saat mereka bertugas. Mungkin saja rasa yang dulu pernah kami rasakan juga dirasakan oleh mereka. Ada kebanggaan tersendiri.
Apakah realitas seperti yang saya jumpai di sekolah tempat saya mengajar, ada juga di sekolah yang lain? Saya belum pernah melihatnya. Pun belum pernah menanyakan kepada gurunya.
Tapi, tentu saja para guru mengetahui bahwa siswanya yang menjadi petugas upacara bendera, terbeban atau bersukacita. Para guru mereka yang mengetahui.
Kalau terbeban boleh jadi siswa yang menjalankan tugas dalam upacara bendera belum siap. Hal demikian dapat saja terjadi. Karena, mungkin, mereka masih kurang dalam berlatih. Atau, jam terbangnya masih sedikit.
Bisa juga karena siswa ditunjuk secara mendadak. Misalnya, sehari dua hari sebelum upacara bendera dilaksanakan. Hal demikian juga dapat menyebabkan siswa merasa takut. Mereka justru memandang Senin sebagai hari yang menegangkan.
Bagi siswa yang sudah siap --mereka petugas upacara bendera yang sudah dipilih--, Senin justru sebagai hari yang dirindu. Hari yang ditunggu. Sekalipun, umumnya, sehari sebelumnya, mereka libur sekolah, karena Minggu.