Mendingan jika mengomunikasikan maksudnya kepada sekolah, yang tentu sangat baik. Tak kepada siswa dengan pengertian-pengertian yang keliru dan jauh dari rasa edukasi, yang ternyata mengganggu kenyamanan siswa.
Kasihan siswa yang mengalami problem ini. Siswa tak dapat secara optimal untuk mempersiapkan lomba karena terus dihantui rasa khawatir. Khawatir guru termaksud memberi nilai tak semestinya.
Saya menjumpai kasus seperti ini. Ya, karena guru kurang arif memberi penjelasan kepada siswa. Padahal, penjelasan guru secara bijaksana sangat dibutuhkan. Sebab, apa pun lomba yang difasilitasi oleh sekolah tentu memiliki maksud baik bagi siswa.
Tak ada satu pun lomba yang sekolah merekomendasi dan memfasilitasi siswa untuk mengikuti bermuatan negatif bagi tumbuh kembang siswa. Sudah pasti semua ini bermanfaat bagi siswa.
Jadi, jika ada guru yang tak mendukung, bahkan memberi pengertian yang salah terhadap siswa, tentu guru ini meracuni pikiran dan emosi siswa. Pengertian bahwa lomba ini tak menjamin masa depan dan tak menjamin cita-cita adalah pemahaman yang meracuni siswa.
Guru yang seperti ini adalah guru yang  merasa jam pembelajarannya diabaikan oleh siswa. Karena, siswa terlihat lebih mengutamakan latihan untuk menghadapi lomba ketimbang berada di kelas untuk belajar.
Padahal, tak demikian sebenarnya yang terjadi. Sebab, seperti sudah disebut di atas, siswa sudah mendapat dispensasi dari sekolah agar dapat fokus ke aktivitas berlatih untuk mengikuti lomba. Siswa tak mengabaikan jam belajar di kelas. Tapi, siswa memenuhi tugas dari sekolah.
Tentang hal ini semua guru sudah pasti mengerti. Sebab, siswa yang mendapat dispensasi untuk mengikuti lomba diinformasikan oleh sekolah kepada semua guru. Informasi ini dimaksudkan agar guru memberi dukungan secara utuh. Tak menyulitkan siswa.
Pun tak berarti siswa dibebaskan dari tugas. Tak begitu. Mereka tetap mendapat tugas yang sama dengan siswa yang lain. Hanya, perlu diperlakukan secara khusus.
Ya, guru memang perlu menjadi madu yang selalu manis dirasakan oleh siswa. Sekalipun siswa belum meraih kemenangan atau keberhasilan dalam lomba, misalnya, guru tetap berkewajiban memberi rasa manis bagi siswa termaksud.