Sesepuh belum tentu berumur tua. Sesepuh yang sudah berumur tua, bahkan sangat tua, jelas memiliki perbedaan dengan sesepuh yang belum berusia tua.
Sesepuh yang berumur tua, bahkan sangat tua, sering merasa tak berguna. Merasa tak lagi diperhitungkan. Sebab, secara fisik dan psikis merasa sudah melemah.
Kondisi demikian sangat membatasi dirinya untuk beraktivitas. Lebih-lebih aktivitas yang membutuhkan banyak energi. Tak bakal dapat dilakukan sendiri.
Realitas ini akan membuat dirinya semakin merasa sendiri. Apalagi jika anak sudah tak lagi bersama karena anak sudah berkeluarga sendiri.
Pun demikian sanak saudara, yang mungkin sama-sama sudah tua. Atau, bahkan sudah ada yang meninggal. Sudah pasti ia merasa tak memiliki siapa-siapa lagi, bukan?
Dalam kondisi seperti ini, kedatangan teman-teman, baik yang muda maupun yang tua yang masih berenergi, menghadirkan suasana yang berbeda. Yaitu, suasana yang dapat menemu air mata dan cerita.
Betapa tidak, sesepuh yang selama ini tak pernah bertemu dengan teman-teman karena keberadaannya yang sangat terbatas, yang kemudian dapat bertemu dalam kebersamaan sudah pasti tersentuh lubuk hatinya (yang terdalam).
Ia yang merasa tak lagi diperhitungkan ternyata diperhitungkan. Diingat oleh sahabat-sahabat, ada yang seumuran dengannya, ada seumur anaknya, bahkan ada seumur cucunya. Ini suasana yang mengharukan baginya.
Maka, air mata kebahagiaan mulai terlihat menggenang di area mata. Bahagia yang datangnya tiba-tiba, tanpa diduga, memang dapat mengakibatkan air mata tak dapat dibendung. Seperti yang dialami oleh salah satu sesepuh kami ini.
Dan, realitas demikian dapat mengena terhadap siapa pun. Hal ini tak ada relasinya dengan jenis kelamin, tingkat usia, kelas ekonomi, kelompok suku, adat, dan agama. Tak ada hubungannya sama sekali.