Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran P5 Itu Gelar Karakter Bukan Gelar Karya

2 Oktober 2024   15:28 Diperbarui: 2 Oktober 2024   15:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1, Siswa sedang menyelesaikan proyek membuat tandu ampyang. Dikembangkan menjadi ampyang literasi. (Dokumentasi pribadi)

Tapi, ada juga topik-topik dari tema tertentu yang kemampuan guru dapat menjangkau. Yang demikian, sekolah tak perlu mendatangkan narasumber. Guru dapat langsung memfasilitasi siswa dalam berproses mengerjakan proyek hingga selesai.

Baik terkait proyek yang perlu mendatangkan narasumber atau gurunya mengikuti pelatihan terlebih dahulu untuk kemudian memfasilitasi siswa maupun proyek yang langsung difasilitasi oleh guru, siswa tetap berproses mengerjakan proyek hingga selesai.

Dalam proses ini yang sebenarnya menjadi bagian yang penting bagi siswa. Sebab, di dalam proses termaksud, siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Misalnya, mengenal dan mfngalami mudah-susahnya; sederhana-rumitnya; pendek-panjangnya; ringan-beratnya proyek.

Dan, di dalam proses ini, semua potensi diri siswa diberi ruang tumbuh kembang. Termasuk karakter dan sikap siswa, yang justru ini (seharusnya) sebagai poin yang dipentingkan dalam pembelajaran P5.

Sebab, ditengarai ada kemerosotan karakter siswa. Berdasarkan catatan di portal kemenag.go.id, indeks karakter siswa jenjang pendidikan menengah pada 2021 berada di angka 69,52 turun dari tahun sebelumnya, yaitu di angka 71,41.

Dalam catatan ini disebutkan bahwa ada lima dimensi yang dijadikan objek survei, yaitu religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.

Dimensi nasionalisme mengalami kenaikan, yaitu 74,26 dari tahun sebelumnya 74,14. Keempat dimensi yang lain mengalami penurunan. Dimensi yang penurunannya paling parah adalah dimensi kemandirian.

Selanjutnya disebutkan bahwa penurunan tersebut diduga akibat pandemi Covid-19. Dan, kita sama-sama mengetahui bahwa dampak pandemi Covid-19 (ternyata) masih dialami oleh siswa hingga saat ini.

Sedangkan, di portal gurudiknas.kemdikbud.go.id (2022), disebutkan bahwa ada peningkatan kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, pemanfaatan bahasa dan kata-kata yang buruk oleh siswa, semakin rendahnya sikap hormat terhadap orangtua dan guru, rendahnya sikap tanggung jawab individu dan kolektif, membudayanya kebohongan/ketakjujuran, dan adanya sikap saling curiga dan kebencian antarsesama.

Yang pasti pada saat ini, selain dampak pandemi Covid-19 juga perkembangan teknologi informasi, mudah ditemukan sebagian siswa berdaya juang rendah alias kurang berani menghadapi tantangan, kurang percaya diri, cenderung pasif, inisiatif rendah, sopan santun menipis, integritas dan tanggung jawab melemah, serta berbohong juga kekerasan masih ada.

Karenanya, poin pembentukan karakter dan sikap siswa yang menjadi tekanan (penting) dalam pembelajaran P5 tak boleh bergeser ke poin gelar karya. Gelar karya hanya efek dari proses pembelajaran P5 yang di dalamnya ada pembentukan karakter dan sikap siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun