Selama ini gelar karya dalam pembelajaran proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) cenderung lebih penting ketimbang bagian lain. Buktinya, gelar karya sebagai tahap yang seakan dijadikan tanda berhasil atau tidaknya pembelajaran P5.
Jika dalam pembelajaran P5 tak dimunculkan gelar karya di momen terakhir, pembelajaran P5 dianggap tak berhasil. Maka, pada setiap akhir pembelajaran P5 diarahkan ada gelar karya.
Realitas ini dilakukan oleh semua sekolah. Yang buktinya dapat dilihat melalui media sosial (medsos), yang dijadikan panggung bagi sekolah untuk membagikan gelar karya bagi publik.
Sekolah merasa bangga jika gelar karya yang dipanggungkan melalui medsos dilihat oleh publik. Semakin banyak dilihat netizen semakin bangga. Berarti gelar karya yang dilakukan semakin berhasil.
Jadi, netizen seakan memberi peneguhan bahwa gelar karya termaksud sukses. Yang, fakta ini tak hanya membanggakan guru, tapi juga siswa dan orangtua. Sebab, gelar karya yang dipanggungkan sekolah melalui medsos dilihat dan diperbincangkan banyak orang.
Memang gelar karya dalam pembelajaran P5 itu melalui proses yang panjang. Bahkan, terkait topik tertentu dari tema yang sudah disediakan oleh Kemendikbudristek, yang dapat ditemukan di Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sekolah kadang perlu mencari narasumber.
Hal demikian dilakukan karena ada topik-topik tertentu yang kemampuan guru tak menjangkau. Guru harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu dengan narasumber yang kompeten di bidangnya sebelum memfasilitasi siswa.
Itu saja kadang guru kurang percaya diri memfasilitasi siswa dalam mengerjakan proyek termaksud. Sebab, proyek lebih mengarah ke keterampilan dan untuk menguasai keterampilan tak cukup dengan pelatihan sehari dua hari.
Maka, sekolah sering mengundang narasumber untuk datang ke sekolah memberi pengalaman belajar kepada siswa. Selanjutnya, guru yang sudah mengikuti pelatihan mendampingi siswa dalam berproses mengerjakan proyek hingga selesai.
Tapi, ada juga topik-topik dari tema tertentu yang kemampuan guru dapat menjangkau. Yang demikian, sekolah tak perlu mendatangkan narasumber. Guru dapat langsung memfasilitasi siswa dalam berproses mengerjakan proyek hingga selesai.
Baik terkait proyek yang perlu mendatangkan narasumber atau gurunya mengikuti pelatihan terlebih dahulu untuk kemudian memfasilitasi siswa maupun proyek yang langsung difasilitasi oleh guru, siswa tetap berproses mengerjakan proyek hingga selesai.
Dalam proses ini yang sebenarnya menjadi bagian yang penting bagi siswa. Sebab, di dalam proses termaksud, siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Misalnya, mengenal dan mfngalami mudah-susahnya; sederhana-rumitnya; pendek-panjangnya; ringan-beratnya proyek.
Dan, di dalam proses ini, semua potensi diri siswa diberi ruang tumbuh kembang. Termasuk karakter dan sikap siswa, yang justru ini (seharusnya) sebagai poin yang dipentingkan dalam pembelajaran P5.
Sebab, ditengarai ada kemerosotan karakter siswa. Berdasarkan catatan di portal kemenag.go.id, indeks karakter siswa jenjang pendidikan menengah pada 2021 berada di angka 69,52 turun dari tahun sebelumnya, yaitu di angka 71,41.
Dalam catatan ini disebutkan bahwa ada lima dimensi yang dijadikan objek survei, yaitu religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Dimensi nasionalisme mengalami kenaikan, yaitu 74,26 dari tahun sebelumnya 74,14. Keempat dimensi yang lain mengalami penurunan. Dimensi yang penurunannya paling parah adalah dimensi kemandirian.
Selanjutnya disebutkan bahwa penurunan tersebut diduga akibat pandemi Covid-19. Dan, kita sama-sama mengetahui bahwa dampak pandemi Covid-19 (ternyata) masih dialami oleh siswa hingga saat ini.
Sedangkan, di portal gurudiknas.kemdikbud.go.id (2022), disebutkan bahwa ada peningkatan kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, pemanfaatan bahasa dan kata-kata yang buruk oleh siswa, semakin rendahnya sikap hormat terhadap orangtua dan guru, rendahnya sikap tanggung jawab individu dan kolektif, membudayanya kebohongan/ketakjujuran, dan adanya sikap saling curiga dan kebencian antarsesama.
Yang pasti pada saat ini, selain dampak pandemi Covid-19 juga perkembangan teknologi informasi, mudah ditemukan sebagian siswa berdaya juang rendah alias kurang berani menghadapi tantangan, kurang percaya diri, cenderung pasif, inisiatif rendah, sopan santun menipis, integritas dan tanggung jawab melemah, serta berbohong juga kekerasan masih ada.
Karenanya, poin pembentukan karakter dan sikap siswa yang menjadi tekanan (penting) dalam pembelajaran P5 tak boleh bergeser ke poin gelar karya. Gelar karya hanya efek dari proses pembelajaran P5 yang di dalamnya ada pembentukan karakter dan sikap siswa.
Sehingga, sangat penting guru menghargai proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus diikuti dari waktu ke waktu. Kurang elok, misalnya, guru mengabaikan proses pembelajaran yang berlangsung.
Meninggalkan sebentar saja proses pembelajaran yang berlangsung, guru akan kehilangan momen mendampingi siswanya untuk memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Jika guru ada dan terlibat dalam proses pembelajaran, dipastikan siswa memperoleh nilai-nilai kehidupan yang diharapkan sesuai rencana.
Sederhananya begini. Saat siswa bekerja kelompok, misalnya, dan nilai yang hendak ditanamkan adalah gotong royong, dapat saja ada siswa yang tak memperoleh nilai termaksud karena ia kurang terlibat di dalam proses pembelajaran.
Dalam kondisi demikian hadirnya guru dalam proses pembelajaran akan menolong siswa memperoleh nilai gotong royong karena guru membimbing dan mendampingi. Rasanya tak mungkin guru membiarkan siswa beraktivitas sendiri ketika ia harus terlibat dalam kerja kelompok. Sekurang-kurangnya, guru mengingatkannya agar bergabung dengan kelompoknya.
Hanya berdasarkan memandang bahwa proses pembelajaran sudah berjalan, lantas guru meninggalkan siswa, agaknya juga kurang elok. Sebab, guru diperhatikan oleh pemberi kerja, baik pemerintah maupun yayasan, memang untuk mengajar dan mendidik siswa.
Tak mungkin pemerintah dan yayasan memberi perhatian terhadap guru tanpa menuntut tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru. Pemerintah dan yayasan tak mau rugi atas anggaran yang sudah dikeluarkan.
Maka, entah sebagai kelakar atau tidak, kadang kita mendengar ungkapan yang mengganggu telinga. Yaitu, seseorang dikatakan makan gaji buta karena ia mau menerima gaji, tapi bekerja tak sungguh-sungguh. Fenomena yang demikian memang ada di dunia kerja, termasuk di dunia pendidikan.
Keadaan yang seperti ini dapat berdampak terhadap kualitas pendidikan yang ditargetkan. Jika guru tak menjalankan tupoksinya dengan sungguh-sungguh, siswa tak memperoleh yang diharapkan.
Ini sama persis dengan pembelajaran P5 yang selama ini guru kurang memberikan perhatian terhadap proses. Padahal, seperti sudah disebutkan di atas, di dalamnya kaya muatan nilai kehidupan yang bersentuhan langsung dengan karakter dan sikap siswa.
Jika menghendaki karakter dan sikap siswa terbentuk dalam pembelajaran P5, jangan abaikan proses pembelajaran. Ubah kerangka berpikir, bukan gelar karya yang diutamakan, tapi proses pembelajarannya. Karena dalam proses pembelajaran, justru gelar karakter siswa yang didapat.
Dalam konteks ini, gelar karakter diartikan sebagai momen terbentuknya karakter banyak siswa dengan latar belakang yang berbeda, tapi dalam satu proses pembelajaran. Yang, tentu saja di dalamnya terbangun proses menghargai perbedaan.
Ini tak berarti gelar karya dihilangkan. Tidak! Gelar karya tetap ada. Tapi, gelar karya hanya efek dari gelar karakter yang didapat dari proses pembelajaran.
Jadi, keberhasilan gelar karakter dalam proses pembelajaran sudah pasti akan berdampak terhadap keberhasilan dalam gelar karya. Dalam bahasa yang lain, sebenarnya gelar karya itu adalah tahap merayakan bersama keberhasilan gelar karakter.
Karenanya, dalam pembelajaran P5, poin gelar karakter seharusnya yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh oleh guru. Agar, kelak siswa bersama guru dan orangtua dapat merayakan keberhasilan ini di momen gelar karya.
Tapi, yang lebih daripada ini adalah sekolah dapat melahirkan siswa yang memiliki karakter dan sikap yang membawa mereka ke masa depan untuk memberi kontribusi (positif) terhadap masyarakat dan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI