Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gagal Diterima di Sekolah Idaman, Anak Perlu Direngkuh

19 Juli 2024   19:54 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:38 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua berkomunikasi intim dengan anak, diambil dari www.haibunda.com

Saya juga menjumpai salah satu mantan siswa, yang lulus tahun pelajaran 2023/2024, yang ke sekolah karena ada sesuatu yang diurus. Dalam waktu menunggu di lobi sekolah, ia duduk di bangku dalam keadaan menangis.  

Saya mengetahui kemudian setelah mendekatinya dan mengajaknya bercakap-cakap, bahwa dirinya tak diterima di sekolah impiannya. Ia hanyut dalam kesedihannya. Saya akhirnya berusaha mengajaknya berbicara. Puji Tuhan, ia sangat terbuka.

Saya mendengarkan curahan isi hati dan pikirannya tentang kegagalannya masuk di sekolah impian. Semua tercurahkan dengan sangat jelas dan terbuka.

Sebagai seorang guru, saya mengajaknya untuk melihat ke depan. Bahwa yang terpenting bukan perihal diterima di sekolah mana. Tapi, memanfaatkan waktu yang menghampar panjang ke depan untuk menggali potensi diri.

Di mana pun sekolah, jika waktu yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menggali dan mengembangkan potensi diri, akan membawa hasil yang optimal. Bahkan, bukan mustahil dapat melebihi ekspektasi.

Atau, menikmati, mensyukuri, dan semangat diri terus mau belajar yang dapat menolong untuk mencapai impian, bukan bergantung sekolahnya. Sekolah hanya sebagai sarana untuk belajar. Itu saja.

Sehingga, di mana pun sekolah harus dijalani dengan spirit yang besar, bahkan menyadarinya itu sebagai pilihan Tuhan untuk kita. Dan, Tuhan tak pernah merencanakan kecelakaan bagi umat-Nya.

Sepertinya, ini senjata yang ampuh. Sebab, mantan siswa saya ini, terlihat dapat menerima. Bahkan, saat ia mengambil ijazah, yang kebetulan saya dapat menjumpainya, ia mengaku sudah merasa nyaman dan berdamai dengan realitas yang dihadapinya.

Nah, anak-anak yang merasa gagal, seperti yang pernah dialami oleh si bungsu dan salah satu mantan siswa saya dalam mendapatkan sekolah impian, saya yakini tak sedikit jumlahnya. Baik di jenjang pendidikan dasar maupun menengah.

Membiarkan mereka terus hanyut dalam kesedihan dan kekecewaan tentu bukan sikap yang mendidik. Sebab, mereka tentu akan semakin terpuruk. Dan, tak mungkin potensi dirinya tergali dan dapat berkembang.

Artinya, membiarkan mereka dalam kesedihan dan kekecewaan sama saja dengan membunuh karakter mereka. Yang, membuatnya tak memiliki keberanian melangkah optimis ke masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun