Apalagi pengondisian ini dilakukan sejak dini, tentu akan lebih mengurat akar dalam diri anak. Anak akan memiliki dasar yang kuat. Yang, sangat mungkin keteguhannya terus terjaga.
Tapi, memang, ada juga  sebagian orangtua yang memiliki sikap yang berbeda. Tak mengamini sikap yang diterapkan oleh teman, yang notabene orangtua yang masih muda ini.
Alasannya, kasihan anaknya. Mestinya keinginannya dipenuhi karena masih kecil. Agar, si anak hatinya senang.
Sebagian orangtua ini juga tak sepenuhnya keliru. Sebab, mereka pasti memiliki alasan. Selain itu, yang diperlakukan seperti ini juga anaknya sendiri. Sehingga, terjadi apa pun terhadap anaknya menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Yang jadi problem adalah ketika nenek-kakek memiliki sikap terhadap cucu secara berbeda dengan sikap yang selama ini diterapkan oleh orangtua anak.Â
Sebagian besar nenek-kakek, umumnya, bersikap amat menyayangi cucu. Hanya, tingkat menyayanginya sering kelewatan.
Buktinya, nyaris hampir keinginan cucu dipenuhi, bahkan pemenuhannya, sering bersifat spontan.
Maksudnya, ketika cucu merengek, hal yang diinginkan oleh cucu, langsung diadakan. Agar, si cucu tak merengek lagi. Si cucu sukacita, nenek-kakek  turut bersukacita. Intinya, nenek-kakek tak ingin melihat cucunya sedih.
Atau, kalau cucu tak merengek karena mentalnya sudah terbangun oleh didikan orangtua, sering nenek-kakek justru menawari cucu untuk minta ini-itu.
Yang namanya anak, saat ia  ditawari ini-itu, pasti menerimanya. Sehingga, nenek-kakek akhirnya memenuhinya dengan rasa bahagia sebab melihat cucunya riang gembira.
Hanya, sering nenek-kakek yang sangat mengerti keinginan  cucunya, ia belum atau bahkan tak mengerti kehendak orangtua cucunya.