Orangtua yang sudah menerapkan prinsip edukasi bagi anak, sementara nenek-kakek menerapkan prinsip yang kontra produktif, sangat berdampak buruk bagi anak. Akhirnya, anak kehilangan pedoman.
Anak berada dalam kondisi yang tak mudah. Bisa-bisa si anak bingung. Tak memiliki pendirian. Orangtua begini; nenek-kakek begitu. Yang menjadi korban adalah anak.
Karenanya, seperti dalam kondisi yang dialami teman saya, sebaiknya nenek-kakek perlu mengambil sikap yang seimbang. Agar, anak tak mengalami kebingungan. Toh prinsip yang diterapkan oleh orangtuanya sangat mengedukasi anak, baik secara mental maupun sosial-finansial.
Sikap nenek-kakek yang diterapkan seimbang dengan sikap yang diterapkan oleh orangtua terhadap anak, sangat mendukung proses pembentukan karakter anak. Karena, anak memiliki dasar yang pasti dan kuat.
Betapa pun, tulisan ini tak hendak menyimpulkan bahwa setiap nenek-kakek memiliki sikap yang sama dengan nenek-kakek yang diulas di atas. Tak demikian. Tapi, seperti sudah disebutkan di atas, sebagian besar nenek-kakek menyayangi cucunya dalam realitas yang berlebihan.
Namun, ada  juga orangtua yang menyayangi anaknya kelewatan, cenderung menawarkan kemanjaan. Sementara, nenek-kakek memberi sayangnya bagi cucu secara wajar.
Tentu saja ini juga cara mengedukasi yang kurang  tepat. Hanya adanya keseimbangan antara orangtua dan nenek-kakek menerapkan prinsip (yang baik) terhadap anak akan memberi kontribusi positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI