Tapi, bagaimana pun juga, mereka harus beristirahat. Tak boleh dibiarkan perasaannya terganggu. Apalagi jika pada hari berikutnya masih ada acara yang harus dilakukan. Karenanya, mereka perlu dibantu agar perasaan, juga pikirannya tenang dan nyaman.
Mereka, yang sekalipun masih anak-anak, dalam beraktivitas di luar daerah, jauh dari daerah asal, harus tetap memperoleh seharusnya yang diperoleh. Karenanya, pendamping yang tentu lebih dewasa harus memiliki cara dalam membantu anak-anak dapat kembali ke suasana hati yang tenang dan nyaman.
Caranya, pertama, pendamping, guru, pelatih, pembina, atau apa pun istilahnya yang berperan membersamainya (selanjutnya disebut pendamping) mendatangi tempat anak.
Tak sebaliknya, memanggil anak. Sebab, anak dalam kondisi emosi tak bagus, akan semakin tak bagus jika dipanggil. Emosinya masih sangat sensitif.
Mendatanginya dengan suasana hati yang diliputi kegembiraan dan berpikir positif dapat memengaruhi anak termaksud berperasaan dan berpikir positif.
Ini poin penting yang agaknya kali pertama harus ditempuh oleh pendamping. Agar, anak terlebih dahulu diliputi suasana "menerima", yaitu menerima pendamping yang mendatanginya. Dalam keadaan demikian, anak akan terbuka terhadap pendamping.
Kedua, pendamping membuka dialog dengan anak. Dengan bahasa yang bermuatan positif, yaitu mengungkapkan kelebihan-kelebihan anak. Ini diyakini akan memberi kekuatan bagi anak.
Sebab, perlu disadari bahwa setiap orang, termasuk anak, selalu memiliki sisi kelebihan di samping memiliki kelemahan.
Dalam konteks demikian menjauhi dialog yang mengungkapkan kekurangan anak sangat mendukung terbentuknya kepercayaan diri anak. Anak merasa mendapat dukungan untuk kembali ke kondisi mula-mula.
Kondisi ini mungkin sangat berbeda dengan ketika pendamping belum membangun dialog dengan anak. Sebab, bukan mustahil anak berada di lingkungan teman-teman seusianya, yang justru membawa ke dalam suasana yang lebih buruk.