Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pernikahan (Modern) dalam Hegemoni Kearifan Lokal

17 Juni 2024   14:03 Diperbarui: 18 Juni 2024   19:22 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 3: Ibu-ibu sedang bergotong royong melakukan aktivitas di dapur. (Dokumentasi pribadi)

Sebab, di samping pada saat yang bersamaan kami menikmati soto, bakso, dan jajanan yang tersedia, perihal kearifan lokal yang ditunjukkan oleh rekan kami ini sebenarnya sering kami dengar. Bahkan, beberapa di antara kami juga mengetahuinya sekalipun dalam wujud yang berbeda.

Kearifan lokal yang ditunjukkan oleh rekan kami ini, yang tentu saja ia sudah mengetahui maksudnya, diletakkan di atas genting rumahnya (baca: orangtuanya). Wujudnya adalah, ini yang terlihat oleh kami dari bawah, sapu lidi yang sudah pernah dipakai (bahasa Jawa, sapu gerang) dan kipas anyaman bambu, sepertinya masih baru, bukan kipas gerang.

Sapu gerang dan kipas ditata berdiri. Ujung sapu gerang di atas, sementara tangkai kipas diposisikan di bawah. Yang sudah pasti diletakkan di alas tertentu. Yang ini saya lupa menanyakannya.

Tapi, dapat saja alas itu berupa bentuk tertentu dari anyaman bambu atau barang yang sejenisnya yang dapat digunakan untuk menata sapu gerang dan kipas agar dapat berdiri tegak.

Dikatakan oleh rekan kami ini, selain ada sapu gerang dan kipas, ada juga jajan pasar. Maka, alas dari tampah sepertinya lebih tepat. Saya dari bawah hanya dapat memotret sebagiannya yang kelihatan, yaitu sapu gerang dan kipas. Sedangkan, jajan pasarnya tak kelihatan. Apalagi alasnya.

Entah benar entah salah, ini yang dikatakan oleh rekan kami, sang pengantin, tentang kearifan lokal yang termaksud, yang berupa sapu gerang, kipas, dan jajan pasar ditaruh di atas atap rumah. Yaitu, untuk tolak bala.

Setidak-tidaknya, dikatakannya demikian saat itu, agar tak terjadi hujan. Memang, saat itu panasnya bukan kepalang.

Ya, kearifan lokal, ternyata, masih memiliki kekuatan yang masih dijaga oleh sebagian masyarakat dalam perhelatan pernikahan. Baik pernikahan ala lama maupun modern. Juga, seperti sudah disebutkan di atas, dalam perhelatan yang lain yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun