Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antusiasme Jemaat (Gereja) dalam Seminar Self Healing

5 Juni 2024   11:07 Diperbarui: 5 Juni 2024   11:27 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1: Narasumber mempresentasikan materi seminar di hadapan peserta. (Dokumentasi pribadi)

Begini. Seminar ini diawali dengan kegiatan sederhana, yaitu setelah registrasi, peserta diajak untuk menikmati kudapan, yang tentu saja dibersamai dengan minuman, sepertinya selain ada air mineral, juga ada kopi dan teh. Tentu ini dimaksudkan agar kesukaan peserta yang mungkin berbeda-beda dapat terpenuhi.

Tepat pada pukul 09.00 WIB, acara seminar dimulai. Hanya, memang, sebagai pengantarnya diadakan renungan singkat. Renungan singkat dibawakan oleh pendeta. Tema renungannya  adalah "Belajar Meletakkan Beban".

Setidak-tidaknya, demikian isi renungannya. Bahwa setiap orang memiliki beban. Beban yang menjadi problem umumnya bukan beban fisik, tapi lebih cenderung beban psikis. Hanya, bagi jemaat gereja, seberat apa pun beban yang ditanggung, Tuhan menolong. Tentu ketika jemaat gereja ini mencari pertolongan hanya kepada Tuhan.

Dalam analoginya, seperti unta yang membawa beban berat sepanjang siang perjalanan. Malamnya, unta tidur nyenyak dan nyaman karena beban yang sepanjang siang perjalanan berada di pundak (leher) hingga punggungnya diturunkan oleh tuannya.

Seperti itu kira-kira isi renungan. Yang, agaknya  memiliki keterhubungan dengan tema seminar, "Self Healing for Mental Health". Sebab, baik dalam renungan maupun seminar berimpitan di bagian ini, yaitu orang memiliki beban (baca: problem) sehingga  perlu pemulihan atau penyelesaian.

Dalam renungan, pemulihan hati (yang terluka) melalui pendekatan iman hanya dikerjakan oleh Tuhan. Sedangkan, dalam seminar, pemulihan  hati (yang terluka) melalui pendekatan medis dapat dikerjakan oleh diri sendiri.

Seminar yang diikuti oleh 70-an peserta ini dimulai dengan presentasi materi oleh narasumber. Penyampaiannya urut dan rinci, yang dikuatkan dengan tayangan di screen. Sehingga, memudahkan peserta dalam mengikuti presentasi materi, yang tersampaikan lebih kurang memerlukan waktu satu jam.

Ilustrasi 2: Seorang peserta bertanya kepada narasumber atas kejadian yang dialaminya. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Seorang peserta bertanya kepada narasumber atas kejadian yang dialaminya. (Dokumentasi pribadi)

Sekalipun begitu, terlihat tak ada peserta yang beranjak dari tempat duduk selama seminar berlangsung dalam maksud meninggalkan ruang seminar tersebab bosan. Tak ada. Sama sekali. Padahal, narasumber tanpa sedikit waktu pun untuk melakukan ice breaking.

Fakta ini menunjukkan bahwa peserta sangat membutuhkan materi mengenai self healing. Yang,  bukan mustahil bagi sebagian besar peserta  belum pernah mendapatkannya. Sementara, peserta menyadari, termasuk saya juga menyadari, bahwa diri sendiri (ini) membutuhkan pemulihan karena beban psikis selalu ada, entah ringan entah berat.

Self healing, disebutkan oleh narasumber, bukan rekreasi, jalan-jalan, atau belanja di mal. Bukan. Sebab,  sehabis rekreasi, jalan-jalan, atau belanja di mal, orang sangat mungkin akan kembali ke keadaan semula. Yaitu, keadaan yang buruk, suntuk dengan beban, dan stres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun