Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Mapati, Tetangga Diajak Menjadi Saksi dan Mendoakan Kehamilan

5 Maret 2024   08:25 Diperbarui: 5 Maret 2024   12:20 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini perihal sikap bertoleransi dalam hidup bersama di masyarakat, yang penuh perbedaan. Tapi, perbedaan tersebut tak membentengi kebersamaan. Terbukti, tetangga mengundang saya ikut kenduri Mapati, meskipun kami berbeda keyakinan.

Hal ini membuktikan bahwa tetangga menghargai saya sebagai tetangga sekalipun ia mengetahui perbedaan itu. Saya pun menghargainya dengan cara datang pada acara kenduri, sekalipun saya kurang memahami tradisi yang dilakukan dan doa yang diucapkan bersama dalam bimbingan sesepuh, yang oleh tetangga kami ia sering disapa "Pak Yai".

Ini sebutan khas yang tak dimiliki oleh setiap orang. Hanya orang-orang tertentu, yaitu orang yang dituakan dan memiliki kemampuan bidang keagamaan Islam, yang saya mencoba memahaminya sama dengan sebutan "Pak Kyai".

Sekalipun saya kurang memahami doa yang diucapkan, tapi saya mengerti bahwa isi doanya adalah mendoakan orang yang hamil, bayi yang ada dalam kandungan, dan keluarga agar berada dalam keselamatan dan kebaikan. Pengertian ini saya simpulkan dari pengantar yang disampaikan oleh sesepuh, yang memimpin Mapati tersebut.

Maka, dalam keyakinan yang berbeda, saya pun mengucapkan doa dalam hati agar keselamatan dan kebaikan dialami oleh ibu yang hamil, bayi yang ada dalam kandungan, dan keluarga.

Sikap saling mendukung yang demikian ini yang tentu diidamkan oleh banyak orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun berbeda latar belakang.

Sebab, dalam acara Mapati, misalnya, ada poin yang sama dipahami oleh banyak orang, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Khalik. Ungkapan syukur ini dapat dirasakan secara bersama dalam lingkungan tetangga dekat.

Penekanan berbeda

Perihal tradisi Mapati belum pernah ada di desa asal saya. Atau, saya memang belum pernah menemukannya. Entah kalau demikian. Setahu saya, di desa asal saya hanya ada tradisi Mitoni.

Dan, salah satu teman saya satu sekolah yang kebetulan mendapat pasangan hidup dari kabupaten desa asal saya, mengatakan hal yang lebih menguatkan. Yaitu, benar bahwa di kabupaten desa asal saya tradisi Mitoni lebih ditekankan.

Ia mengalaminya sendiri. Ibu mertuanya melangsungkan tradisi Mitoni ketika masa kehamilan istrinya tujuh bulan. Tapi, katanya, saat itu tak mengundang tetangga untuk kenduri. Hanya, ibu mertuanya memberi makanan dalam menu yang khas kepada tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun