Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Langkah Kecil Kami Mengelola Limbah di Sekolah, Spirit Menjaga Asrinya Indonesia

6 Februari 2024   11:58 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:02 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Siswa fesyen show dengan busana rancangan sendiri dari limbah. (Dokumentasi sekolah)

Uang hasil menjual rongsok plastik, diberikan ke kelas sesuai dengan catatan hasil timbangan. Jadi, sangat mungkin masing-masing kelas menerima uang dalam jumlah yang berbeda. Uang ini dipergunakan untuk menambah kas  kelas.

Upaya membersamai siswa dalam proses-proses seperti di atas menandakan bahwa guru (telah) membangun kesadaran siswa mengenai sampah, yang tak selalu menjadi musibah, tapi (dapat) menjadi berkah.

Hanya memang, perlu ada proses panjang yang harus dialami oleh siswa. Mulai dari menghilangkan rasa jijik terhadap sampah, memilah, membersihkan, menata, menimbang, hingga mencatat.

Ilustrasi 3: Siswa menimbang sampah dibantu guru di lokasi bank sampah sekolah. (Dokumentasi sekolah)
Ilustrasi 3: Siswa menimbang sampah dibantu guru di lokasi bank sampah sekolah. (Dokumentasi sekolah)

Semuanya itu memberi pengalaman belajar yang riil, yang dihadapi mereka sehari-hari di masyarakat. Siswa (baca: anak), dengan demikian, lambat laun memiliki modal "hidup" untuk beradaptasi mengikuti perubahan zaman yang membutuhkan kepedulian.

Upaya membersamai dengan mengafirmasi dan memersuasi siswa harus terus dilakukan oleh guru. Sebab, proses-proses ini akan terulang, terulang, dan terulang lagi pada waktu-waktu berikutnya, yang mungkin (saja) dapat membosankan karena rutinitas.

Tapi, adanya pengelolaan sampah organik dapat menjadi pembeda. Yang, memungkinkan siswa justru memiliki banyak pengalaman belajar yang riil lainnya. Yang, sekaligus (sangat mungkin) dapat menekan rasa bosannya.

Maka, sampah organik yang juga dapat dijumpai di sekolah, dikelola juga oleh siswa bersama guru. Bahkan, dalam hal ini, sekolah kami  melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan besar di daerah kami untuk melakukan pengomposan.

Untuk menguatkan kerja sama tersebut, sekolah memilih salah satu topik dalam pembelajaran proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5), yaitu "Pengomposan", yang diambil  dari tema "Gaya Hidup Berkelanjutan yang Berkaitan dengan Masalah Lingkungan dan Pemanasan Global".

Narasumber yang dihadirkan di sekolah, seperti yang disebutkan di atas dari salah satu perusahaan besar, sudah lama memiliki konsentrasi besar terhadap lingkungan. Narasumber berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam pengomposan kepada siswa kami.

Mulai dari pengenalan alat dan bahan yang digunakan, cara menangani sampah organik, proses pengomposan, hingga pengemasan hasil pengomposan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun