Uang hasil menjual rongsok plastik, diberikan ke kelas sesuai dengan catatan hasil timbangan. Jadi, sangat mungkin masing-masing kelas menerima uang dalam jumlah yang berbeda. Uang ini dipergunakan untuk menambah kas  kelas.
Upaya membersamai siswa dalam proses-proses seperti di atas menandakan bahwa guru (telah) membangun kesadaran siswa mengenai sampah, yang tak selalu menjadi musibah, tapi (dapat) menjadi berkah.
Hanya memang, perlu ada proses panjang yang harus dialami oleh siswa. Mulai dari menghilangkan rasa jijik terhadap sampah, memilah, membersihkan, menata, menimbang, hingga mencatat.
Semuanya itu memberi pengalaman belajar yang riil, yang dihadapi mereka sehari-hari di masyarakat. Siswa (baca: anak), dengan demikian, lambat laun memiliki modal "hidup" untuk beradaptasi mengikuti perubahan zaman yang membutuhkan kepedulian.
Upaya membersamai dengan mengafirmasi dan memersuasi siswa harus terus dilakukan oleh guru. Sebab, proses-proses ini akan terulang, terulang, dan terulang lagi pada waktu-waktu berikutnya, yang mungkin (saja) dapat membosankan karena rutinitas.
Tapi, adanya pengelolaan sampah organik dapat menjadi pembeda. Yang, memungkinkan siswa justru memiliki banyak pengalaman belajar yang riil lainnya. Yang, sekaligus (sangat mungkin) dapat menekan rasa bosannya.
Maka, sampah organik yang juga dapat dijumpai di sekolah, dikelola juga oleh siswa bersama guru. Bahkan, dalam hal ini, sekolah kami  melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan besar di daerah kami untuk melakukan pengomposan.
Untuk menguatkan kerja sama tersebut, sekolah memilih salah satu topik dalam pembelajaran proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5), yaitu "Pengomposan", yang diambil  dari tema "Gaya Hidup Berkelanjutan yang Berkaitan dengan Masalah Lingkungan dan Pemanasan Global".
Narasumber yang dihadirkan di sekolah, seperti yang disebutkan di atas dari salah satu perusahaan besar, sudah lama memiliki konsentrasi besar terhadap lingkungan. Narasumber berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam pengomposan kepada siswa kami.
Mulai dari pengenalan alat dan bahan yang digunakan, cara menangani sampah organik, proses pengomposan, hingga pengemasan hasil pengomposan.