Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran Berharga di Balik Nazar Siswa (Kami)

1 Desember 2023   09:06 Diperbarui: 1 Desember 2023   09:22 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Salah satu siswa SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, yang sedang memenuhi nazar "berjalan kaki" atas kemenangan lomba. (Dokumentasi pribadi)

Saya tahu persis kondisi itu karena saya berada di dekatnya dan seolah-olah saya yang mengangkat bendera start baginya melakukan aksi.

Dan, tahan uji itu semakin terbukti ketika saya menyaksikan dirinya tetap memilih melakukan aksi berjalan kaki ketimbang naik kendaraan seperti teman-temannya.

Saya mengetahui juga saat itu bahwa  teman-temannya yang naik kendaraan  menawarinya untuk turut bersama. Tapi, toh, ditolaknya dan ia tetap mementingkan nazarnya.

Kita, yang dewasa saja, tak semua dapat bertahan dalam godaan. Mudah kena pengaruh dan akhirnya melepaskan  yang sejak semula tergenggam kuat. Entah, kelak menyesal atau bahagia, tak pernah menjadi pertimbangan.

Kadang memang ada orang yang dewasa usia, tapi muda dalam berpikir. Sebaliknya, ada yang muda usia, tapi dewasa dalam berpikir. Barangkali siswa kami yang satu ini termasuk kelompok yang kedua, yaitu muda usia, tapi dewasa berpikir.

Ketiga, siswa kami tak merasa malu. Dari sikap dan rona wajahnya, saya mengetahuinya. Saya semakin yakin bahwa ia tak malu dilihat orang atas aksinya itu. Karena tentu telah dipertimbangkannya bahwa di sepanjang jalan yang dilewatinya akan bertemu dengan banyak orang.

Mereka yang berpapasan dengannya, mungkin ada juga yang sudah mengenalnya, bukan mustahil memandangnya.  Mungkin dari mereka malah ada yang bertanya-tanya, baik dalam hati maupun langsung.

Siapa gerangan yang berjalan? Kok mengenakan seragam OSIS? Sekolahnya mana? Siang-siang dan panas menyengat begini, jalan kaki? Mungkin saja masih ada pertanyaan-pertanyaan yang lain.

Dan, betul, ketika esok harinya di sekolah saya menanyakan kepadanya tentang dirinya, apakah bertemu dengan orang dan  ada yang menyapanya, ia menjawab ada. Itu terjadi ketika sudah memasuki atau mendekati wilayah desanya. Orang yang dimaksud adalah tetangganya.

Betapa pun, ia mampu menghapus rasa malu, sehingga yang lahir adalah kepercayaan diri. Karena bukan mustahil nazar yang sedang dilakukan, diyakininya, baik baginya dan tak merugikan orang lain. Makanya, tak perlu malu.

Ini yang juga dapat disebut sebagai sebuah pelajaran. Artinya, orang tak perlu merasa malu jika semua yang dilakukan baik baginya dan tak merugikan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun