Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran Berharga di Balik Nazar Siswa (Kami)

1 Desember 2023   09:06 Diperbarui: 1 Desember 2023   09:22 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Salah satu siswa SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, yang sedang memenuhi nazar "berjalan kaki" atas kemenangan lomba. (Dokumentasi pribadi)

Nah, pada titik ini, kita dapat belajar beberapa hal. Pertama, bagi siswa kami yang satu ini membuat nazar harus ditepati. Tak boleh diingkari. Sebab, boleh jadi kalau diingkari, ada risiko, setidaknya, hati (sendiri) tak merasa nyaman.

Karena sikapnya, siswa kami yang satu ini boleh disebut (jelas-jelas) anak yang konsekuen. Teguh terhadap perkataannya. Artinya, apa yang dikatakan --dapat saja dikatakan di dalam hati---harus dilakukan. Dalam bahasa yang berbeda,   perkataannya sesuai perbuatannya.

Bagaimana dengan kita? Dapatkah memegang teguh perkataan kita? Tak ingkar janji, dengan benak sendiri, atau dengan orang-orang terdekat, juga yang berelasi dengan kita?

Siswa kami ini tentu mengerti arti nazar. Berjanji kepada diri sendiri. Sebetulnya, ini sangat mudah untuk diingkari karena hanya berlaku untuk diri sendiri.

Lebih sulit mengingkari janji dengan orang lain. Karena ada ikatan, yang jika diingkari, orang lain dapat sakit hati, kecewa, marah, bahkan akhirnya membenci kepada orang yang memberi janji.

Tapi, tak demikian bagi siswa kami ini. Sekalipun berjanji kepada diri sendiri, ia memenuhinya, dengan rasa suka cita. Suasana hati yang demikian tentu didasari oleh harapannya yang telah terpenuhi.

Toh begitu, ada sebagian orang yang sekalipun harapannya telah terpenuhi, janjinya diingkari. Sikap yang demikian tentu memprihatinkan karena, seperti sudah disebut di atas, akan melukai benak liyan. Atau, kalau nazar, melukai benak sendiri.

Kedua, siswa kami teguh berpendirian. Padahal, bukan mustahil ada banyak godaan atau pengaruh ketika ia bernazar. Pengaruh dari teman-temannya. Sebab, sehari-hari ia berkumpul dengan mereka.

Dan, dalam usia anak-anak, umumnya, mereka senang saling menggoda. Apalagi kalau mereka memandang ada temannya yang dipandang aneh, berbeda, tak seperti biasanya.

Keberadaan tersebut malah menjadi bahan  untuk menggoda. Sangat mudah untuk dilakukan karena sudah ada bahan, dalam arti mereka tak perlu mencari-cari bahan untuk memengaruhinya.

Tapi, siswa kami yang satu ini tahan uji. Tak goyah. Tak terpengaruh. Tetap fokus melakukan nazarnya dengan --seperti di atas sudah disebut-- senang hati dan ikhlas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun