Hingga saat ini semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara, ing ngarsa sung tuladha; ing madya mangun karsa; tut wuri handayani, hanya dikenakan kepada sosok guru. Tak salah pengenaan itu. Sebab, guru memang bergulat di dunia pendidikan.
Artinya, guru ada bersama siswa. Di mana ada siswa; di situ ada guru. Karenanya, tepat sudah pengenaan semboyan pendidikan tersebut terhadap sosok guru.
Di depan, guru harus memberi teladan terhadap siswa. Ini menunjukkan bahwa guru menjadi pusat perhatian siswa. Berada di depan, membuat siswa secara leluasa melihat guru. Sehingga, perilaku, tutur kata, dan sikap guru senantiasa menjadi titik perhatian siswa.
Tentu dengan demikian, guru diharapkan dapat menjadi role model bagi siswa. Selain itu, perilaku, tutur kata, dan sikap guru, tentu saja diharapkan dapat menginspirasi (secara produktif) siswa.
Karenanya sangat memprihatinkan jika masih ditemukan guru yang tak memberi teladan yang terpuji, baik dalam perilaku, tutur kata, maupun sikap. Karena sekecil apa pun teladan terpuji guru akan tercatat dalam benak siswa. Pun demikian sekecil apa pun teladan buruk guru juga akan tercatat di benak siswa. Maka, lahirkan teladan terpuji!
Di tengah, guru dapat membangun sikap semangat siswa dalam beraktivitas. Artinya, guru memberi gairah belajar terhadap semua siswa, lebih-lebih siswa yang semangat belajarnya rendah. Termasuk semangat belajar dan bersekolahnya rendah yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik keluarga maupun pergaulan.
Guru yang mengetahui perihal rendahnya semangat siswa dan tak melakukan tindak lanjut bolehlah guru tersebut tak menyandang predikat guru. Guru harus menelusuri penyebab siswa kurang atau bahkan tak bersemangat terlibat dalam aktivitas belajar dan sekolah.
Memang dapat saja rendahnya semangat belajar siswa disebabkan oleh guru sendiri yang kurang kreatif dan inovatif dalam menghadirkan proses belajar di tengah-tengah siswa.
Tapi, kalau ditemukan yang kurang atau tak bersemangat belajar hanya satu-dua siswa boleh jadi penyebabnya bukan dari guru. Tapi, justru, pada titik inilah, guru ditantang untuk tetap dapat membangun antusiasme belajar siswa.
Tak membiarkan saja siswa yang mengalami kasus seperti ini. Keberhasilan guru yang sejati sebetulnya adalah ketika guru dapat menggugah semangat belajar siswa yang sedang memiliki problem seperti yang sudah disebut di atas, baik dalam keluarga maupun pergaulan.