Akibatnya mereka kurang menghargai keberadaan tanaman meski kita, termasuk mereka, membutuhkan tanaman untuk menjaga kelangsungan hidup.
Kedua, menumbuhkan sikap sabar dalam diri anak. Karena menganyam janur dalam proses membuat kerangka ketupat sering mengulang-ulang. Apalagi jika anak belum memiliki pengetahuan dan keterampilan menganyam. Ia pasti mengulang, mengulang, dan mengulang.
Dan sepertinya kondisi anak-anak masa kini memang jauh dari pengetahuan dan keterampilan menganyam. Maka, proses dalam pembuatan kerangka ketupat dapat menjadi sarana menumbuhkan kesabaran, bahkan tentunya ketelitian dan ketekunan.
Saya masih ingat pengalaman belajar ketika saya masih SD tentang materi kerajinan tangan. Guru mengajari dan mengajak murid membuat anyaman dari daun pisang. Bahannya diambil dari sekitar sekolah.
Dalam praktik menganyam tersebut memang agak jelimet. Tetapi, saya dan sepertinya juga teman-teman bisa menikmatinya. Entah waktu itu guru menyasar terhadap pembentukan sikap sabar, teliti, dan tekun atau hanya sekadar menyasar terhadap murid agar terampil menganyam. Saya tidak mengetahuinya.
Hanya, yang kemudian saya menyadarinya bahwa belajar dan praktik menganyam bermedia daun pisang tersebut dapat membentuk karakter anak. Termasuk ketika murid-murid diajak belajar dan praktik membuat kerajinan tangan dari tanah liat. Juga dapat membentuk karakter.
Karenanya, saya merasa, membuat kerangka ketupat, membuat anyaman dari daun pisang, membuat patung dari tanah liat, dan membuat kerajinan tangan dari bahan lain yang mudah dijumpai di sekitar anak ketika itu, mempraktikkannya bagi murid-murid masa kini masih sangat relevan.
Pun sangat relevan memberlakukan permainan tradisional, misalnya gobak sodor, bentengan, jamuran, cublak-cubkak suweng, dan ular-ularan bagi mereka. Sebab, dipastikan dapat memberi manfaat bagi mereka.
Tidak hanya menjadikan mereka sebagai pribadi yang cekatan, percaya diri, dan pantang menyerah, tetapi juga mendorong mereka menghayati kebersamaan atau kegotongroyongan.
Nilai-nilai kehidupan semacam itu yang kini sedang ditumbuhkembangkan dalam diri anak melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka.
Jadi, berbagai aktivitas yang dibilang kekunoan, yang biasa dilakukan oleh generasi terdahulu, sepertinya masih sangat layak untuk diterapkan bagi generasi masa kini. Sebab, yang kekunoan itu rupanya mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan hingga generasi kelak.