Maka, para buruh tani yang berada di atas truk yang kami jumpai di jalur jalan Pati-Kudus, Jawa Tengah, itu bisa-bisa memang bekerja (menjadi buruh tani) di daerah lain.
Sehingga, mereka pulang-pergi harus menaiki kendaraan bermotor. Di antaranya truk, seperti kami menemukannya itu.
Dengan begitu, ini semakin mempertegas bahwa kisah hidup buruh tani yang masih dengan semangat dan ceria dalam berjuang untuk mempertahankan hidup  meskipun berada dalam bulan Ramadan --yang bukan mustahil mereka (juga) melakukan  puasa---tidak main-main.
Artinya, mereka pribadi-pribadi yang tangguh dan perkasa dalam mengarungi kehidupan. Perlu diketahui, di atas truk yang kami jumpai, ada buruh tani laki-laki dan wanita. Â
Jadi, sangat wajar kalau kemudian perjuangan mereka bertahan hidup dalam situasi yang penuh tantangan tetap  semangat dan ceria, itu menginspirasi kami. Kiranya menginspirasi Anda juga.
Sayang, saya tidak dapat mewawancarai mereka walaupun salah satunya saja. Sebab, mereka di atas truk bak terbuka berpanas-panasan, sementara saya bersama keluarga berada di kendaraan lain.
Tetapi, kami masih bisa saling memandang saat berhenti karena traffic light menyala merah. Bahkan, seperti sudah disebutkan di atas, saya dapat memotretnya dan (luar biasanya) beberapa di antara mereka tampak tersenyum.
Dan, tentu saja, andai saya bisa mewawancarainya akan mendapat informasi yang semakin menguatkan isi artikel ini dan membuat artikel ini semakin bermakna. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H