Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wisman di Bali Abai Aturan Bermotor, Kritik bagi Kita

19 Maret 2023   14:00 Diperbarui: 19 Maret 2023   22:00 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, orang yang dibolehkan memiliki SIM A, SIM C, SIM D, dan SIM D1 minimal berusia 17 tahun. Anak-anak sekolah yang berseragam putih biru rerata belum berusia 17 tahun. Jadi, dengan demikian mereka belum diizinkan mengendarai motor.

Pun begitu anak-anak sekolah yang berseragam putih abu-abu. Sebagian belum berusia 17 tahun. Jadi, mereka pun tentu ada yang belum diizinkan mengendarai motor.

Tetapi, seperti sudah disebut di atas, setiap pagi dan siang saat mereka  pergi dan pulang sekolah,  banyak yang mengendarai motor. Baik anak-anak yang berseragam putih biru maupun putih abu-abu.

Yang memprihatinkan adalah sebagian mereka tidak memakai helm. Jika dikalkulasi, lebih banyak anak yang berseragam putih biru daripada  mereka yang berseragam putih abu-abu dalam hal tidak berhelm.

Mengapa? Barangkali karena mereka yang berseragam putih biru lokasi rumahnya dekat dengan lokasi sekolah. Sehingga, mereka berpikir tidak berhelm tidak masalah.

Di sini repotnya. Sebab, fenomena demikian,  hingga kini, setiap hari masih ada. Hal ini  dapat menjadi tanda bahwa belum ada penanganan secara serius dari pihak yang berwajib. Seolah legal. Padahal, jelas-jelas ini pelanggaran aturan berlalu lintas.

[Para pesepeda saja, kini, banyak yang memakai helm saat bersepeda. Apalagi kalau bersepedanya jarak jauh. Helm pasti tidak dilupakan. Dalam konteks ini helm tidak untuk aksesoris, tetapi untuk keamanan.]

Sekolah tempat saya mengajar sudah berusaha  menanganinya. Caranya, sekolah tidak mengizinkan murid mengendarai motor (sendiri) saat pergi dan pulang sekolah. Mereka harus diantar dan dijemput.

Kecuali, mereka yang menaiki sepeda dan berjalan kaki. Rerata lokasi rumah mereka dekat dengan lokasi sekolah. Jadi bisa dijangkau dengan hanya menaiki sepeda atau berjalan kaki.

Kalau ketahuan ada murid kami yang mengendarai motor, sekolah tidak segan(-segan) "menarik" motor itu dan membawanya ke sekolah. Lalu, anak diminta menghubungi orangtua/wali murid untuk mengambil motor itu pada hari itu juga.

Sejak tindakan itu, tidak ada lagi murid kami mengendarai motor saat pergi dan pulang sekolah. Tetapi sayang, walaupun begitu, masih ada yang mencari "celah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun