Saya (sendiri) merasa kaget mengetahui hasil ini. Tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Karena, sejak tahap awal pun, maaf, kami --kesiswaan (yang terdiri atas lima guru)-- sudah menjagokan siswa putri, terutama yang peringkat pertama di tahap wawancara.
Di sekolah tempat saya mengajar memang pernah OSIS-nya dibidani oleh siswa putri. Itu lima belas tahun silam. Sejak waktu itu hingga kini, kalau dihitung berarti ada empat belas kali ketua OSIS siswa putra dan hanya sekali ketua OSIS siswa putri.
Saya tidak mengetahui hal seperti itu di sekolah lain, baik di SMP maupun SMA/SMK dan yang sederajat. Apakah sama atau tidak dengan yang terjadi di sekolah tempat saya mengabdi? Saya pun juga tidak mengetahui hal sejenis itu di tingkat perguruan tinggi.
Kalau ternyata kepemimpinan dalam organisasi siswa dan mahasiswa gambarannya persis seperti yang terjadi selama ini di sekolah tempat saya mengajar, maka saya tidak salah persepsi bahwa memang benar  alpha female belum mendapat ruang secara proporsional untuk tumbuh kembang sejak di bangku sekolah (baca: pendidikan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H