Memandang keberadaan siswa dalam pembelajaran seperti itu, guru perlu menyikapi secara positif. Sehingga, sikap percaya diri dalam masing-masing siswa dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.Â
Siswa kurang percaya diri di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, banyak dijumpai di rombongan Kelas IX tahun ini. Mereka memang sempat mengikuti pembelajaran dalam jaringan (daring).
Dan agaknya pembelajaran daring meninggalkan persoalan psikis dalam diri siswa, di antaranya hilangnya kepercayaan diri tersebut.
Tetapi, hal itu bukan berarti bahwa siswa Kelas VIII dan VII terbebas dari siswa yang kurang percaya diri. Tetap ada. Dan boleh jadi fakta ini berkaitan dengan penerimaan siswa baru jalur zonasi.
Tetapi, ini justru baik. Sebab, semua sekolah akhirnya memiliki kesederajatan. Tidak ada sekolah yang favorit dan marginal. Semua sekolah sama karena input siswa sama, ada yang memiliki potensi tinggi, sedang, dan rendah.
Dengan begitu, semua guru di semua sekolah memiliki beban tanggung jawab yang relatif sama. Setidaknya, dalam hal tertentu, misalnya, sama-sama membangun kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran. Karena, diakui atau tidak, rerata anak-anak yang potensinya sedang-rendah cenderung kurang percaya diri.
Indikator percaya diri dalam pembelajaran dapat dilihat dari, misalnya, keberanian siswa mempresentasikan hasil karyanya, baik maju maupun di tempat duduk; membagikan pekerjaannya dengan menuliskan di papan tulis; menyampaikan pertanyaan kepada guru; menyampaikan tanggapan atas pertanyaan yang ada.
Kalau pada setiap kesempatan selalu siswa tertentu yang muncul, presentasi siswa ini, yang maju siswa itu, yang bertanya siswa ini, dan yang memberi tanggapan siswa itu, sudah dapat disimpulkan bahwa siswa ini dan itu yang percaya diri. Siswa yang lain kurang percaya diri.
Strategi guru
Karenanya, dalam proses pembelajaran, pertama, sebagian guru ada yang langsung menunjuk siswa untuk menyampaikan presentasi, maju, bertanya, atau memberi tanggapan. Tentu cara ini sah-sah saja. Karena guru ini berkeyakinan bahwa dengan ditunjuk, siswa tersebut, mau tidak mau, harus maju.
Ketika ia maju, itu salah satu cara untuk membentuk dirinya menjadi percaya diri. Kadang memang perlu "dipaksa" terlebih dahulu agar siswa memiliki keberanian. Lambat laun mereka menjadi berani dan ujung-ujungnya sikap percaya diri terbentuk.