Selain memiliki potensi menjaga ikatan kekeluargaan secara turun-temurun, tindakan memberi sangu juga mengedukasi generasi penerus mengenai berbagi, setidaknya berbagi  kepada kerabat.
Dan, bukan mustahil sikap mau berbagi tersebut akhirnya  tertanam di dalam diri anak. Yang, terus terpelihara sampai dewasa. Ini sikap penting yang harus ada dalam hidup bermasyarakat.
Pola hubungan tertentu
Sikap mau berbagi yang terjaga sampai dewasa umumnya sering kita temukan dalam hubungan anak terhadap orang tua.Â
Anak yang sudah bekerja dan/atau berumah tangga ada yang secara rutin mengirim atau memberi uang kepada orang tua. Anak melakukan perbuatan ini sebagai bentuk membalas kebaikan orang tua.
Anak merasa peran orang tua sangat besar sejak dirinya kecil hingga ia menjadi sosok yang "berhasil" atau sudah dapat bekerja.Â
Ia dalam keberadaan yang seperti dialaminya karena orang tua telah berusaha, berjuang untuk dirinya. Orang tua sudah melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap anak.
Maka, sering kita temukan pengalaman yang mengharukan ketika anak sudah "berhasil", tetapi orang tua sudah tiada.Â
Dalam keadaan seperti itu, anak sering mengungkapkan perasaan sedihnya. "Sedih saya karena belum menyenangkan orang tua, beliau sudah meninggal". Ia merasa belum dapat membalas budi (baik) orang tua.
Memang bentuk balas budi anak terhadap orang tua seperti disebut di atas tidak tepat (kalau) disebut memberi sangu. Lebih tepatnya disebut sebagai bentuk "perhatian".
Sebab, sangu umumnya diberikan kepada orang yang belum berpenghasilan atau bekerja. Sementara orang tua sudah bekerja atau bahkan sudah melewati masa bekerja alias pensiun.Â