Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Pengenalan Keamanan PJAS terhadap Anak

11 Juni 2022   22:58 Diperbarui: 12 Juni 2022   06:05 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian orang kurang memperhatikan pangan jajanan anak usia sekolah (PJAS). Entah pangan jajanan tersebut aman atau tidak bagi mereka. Aman dalam maksud mendukung kesehatan anak. Saya, tentu juga Anda, menganggap hal itu sangat penting. Karena, pangan jajanan yang aman tentu berdampak baik terhadap tumbuh kembang anak.

Apalagi mereka masih dalam masa mengenyam pendidikan. Asupan pangan jajanan yang aman sangat dibutuhkan. Dengan asupan pangan jajanan yang aman, mereka tidak hanya akan mengalami tumbuh kembang secara sempurna, tetapi juga sehat. Dan, keduanya sangat berhubungan dengan kecerdasan (1).

Mengulik hal ini tidak terlepas dari fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Yaitu, kini, khususnya di daerah, di mana ada gedung sekolah dengan jumlah siswa yang banyak, di sekitarnya banyak ditemukan pedagang pangan jajanan. Coba Anda perhatikan di daerah Anda. Betul bukan?

Selain di kantin sekolah, pedagang berbaris di luar pagar sekolah di sepanjang tepi jalan. Dari satu ujung ke ujung yang lain. Beragam pangan jajanan yang dijual. Rerata pangan jajanan yang disukai anak-anak.

Itulah sebabnya, anak-anak selalu memiliki uang saku. Mereka tidak pernah lupa mengenai uang saku. Jika orangtua yang lupa memberi uang saku, mereka selalu mengingatkan. Begitu uang saku sudah berada di tangan, mereka berangkat sekolah dengan riang gembira.

Sebagian besar anak mengaku kehilangan uang saku saat pandemi Covid-19 menggila. Karena, mereka belajar dalam jaringan (daring). Tidak mungkin orangtua memberi uang saku saat mereka belajar dari rumah.

Tidak salah anak-anak memiliki uang saku. Toh memang sesudah selama waktu tertentu belajar, mereka pasti mengalami rasa lapar. Sekalipun mereka sudah sarapan, bukan mustahil rasa kenyang hilang karena energi terkuras saat belajar. Apalagi kalau pelajaran (praktik) olahraga. Pasti mereka sangat lapar. Dan, ketika tiba waktu istirahat, mereka menyerbu pangan jajanan.

Mereka membeli pangan jajanan kesukaan. Kriteria pangan jajanan yang menjadi kesukaan mereka adalah enak disantap dan harga terjangkau. Itu saja. Kriteria yang lain, belum menjadi ukuran. Padahal, pangan jajanan yang aman di antaranya tidak terkena cemaran biologis, kimia, dan fisik/benda asing (2).

Cemaran biologis, misalnya, pangan jajanan tidak bersih; bau, rasa, warna sudah menyimpang; kemasan rusak. Cemaran kimia, misalnya, gosong, dibungkus kertas bekas/koran, menggunakan bahan pangan tambahan berlebihan, dan mengandung bahan berbahaya (boraks, formalin, dan pewarna tekstil).

Sedangkan, cemaran fisik, misalnya, ditemukan benda asing bercampur dengan pangan jajanan (rambut, kerikil, bagian tubuh hewan mati, dan staples).

Kalau cemaran tersebut terabaikan, anak hanya berpikir yang penting pangan jajanan enak disantap dan harga terjangkau, kasihan mereka. Mengonsumsinya dalam waktu yang lama tentu berdampak buruk. Mereka menjadi tidak sehat. Dan, tentu proses pendidikan mereka terganggu.

Oleh karena itu, sangat penting pengenalan keamanan PJAS terhadap anak-anak. Edukasi ini dilakukan demi penyelamatan mereka. Agar mereka dapat melangsungkan pendidikannya hingga tuntas meraih cita-cita.

Jadi, pengenalan keamanan PJAS terhadap anak-anak tidak boleh dimaknai sebagai gerakan mengajak mereka alergi terhadap pangan jajanan. Tidak. Akan tetapi, mendidik mereka agar dapat memilih pangan jajanan yang aman bagi pertumbuhan tubuhnya.

Tidak semua pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah, di luar pagar sekolah, dan di sepanjang tepi jalan yang sangat mungkin menjadi destinasi kuliner anak-anak saat istirahat atau pulang sekolah, terkena cemaran. Tentu banyak yang aman untuk dikonsumsi (anak).

Toh kalau di kantin sekolah pasti sudah ada persyaratan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah yang harus dipenuhi oleh pemilik/penyewa kantin. Salah satunya tentu pangan jajanan yang dijual harus aman bagi warga sekolah, terutama bagi anak-anak. Sebab, konsumen terbesar adalah anak-anak.

Sementara itu, pedagang di luar pagar sekolah dan di tepi sepanjang jalan tentu dalam pantauan pemerintah melalui dinas perdagangan dan perindustrian. Pedagang-pedagang tersebut umumnya tergabung dalam usaha kecil menengah (UKM) yang ada dalam binaan pemerintah.

Memang tidak boleh dimungkiri ada juga pedagang yang “kurang tertib”. Mereka abai terhadap keamanan pangan jajanan demi meraup keuntungan lebih banyak.

Terhadap pedagang pangan jajanan yang demikian, adanya pengenalan keamanan PJAS terhadap anak-anak sebetulnya juga mendidik mereka (pedagang). Agar mereka menjual pangan jajanan yang aman.

Sebab, sangat mungkin setelah anak-anak mengenal keamanan PJAS menghindari pangan jajanan yang tidak aman. Dengan begitu, pedagang yang biasanya menjual pangan jajanan “kurang tertib” kehilangan pembeli. Ini bagian dari edukasi terhadap mereka.

Jangan sampai anak-anak menjadi korban karena pangan jajanan yang tidak aman. Terhadap ajakan ini tentu tidak ada satu pun orangtua yang menolak. Karenanya, orangtua perlu terus mengingatkan anaknya untuk selektif jika membeli pangan jajanan.

Orangtua memiliki peran sangat penting dalam hal ini. Bahkan, efektif. Sebab, setiap waktu orangtua ada bersama anak. Sehingga, mengedukasinya secara aplikatif sangat mungkin dilakukan. Tidak hanya berteori. Namun, bisa mempraktikkan langsung dalam keluarga.

Setiap membeli pangan jajanan, misalnya, selalu memperhatikan keamanannya. Pangan jajanan yang dikonsumsi harus sehat. Pangan jajanan yang sehat tidak harus mahal. Ini dapat dijadikan budaya dalam keluarga.

Dengan begitu, kapan dan di mana pun anak berada --sekalipun tanpa orangtua-- tetap memiliki prinsip terhadap pangan jajanan. Mereka selektif dan berhati-hati saat membeli pangan jajanan. Jika hal ini sudah menjadi gaya hidup, mereka pasti menginspirasi banyak orang.

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun