Ketika anak mulai remaja, sangat penting untuk diajak berdiskusi mengenai seks. Misalnya, anak diminta berbagi cerita tentang dirinya dengan teman-teman di sekolah.
Siapa tahu, melalui berbagi cerita tersebut, akhirnya dapat diketahui bahwa si anak sudah memiliki perhatian khusus terhadap salah seorang temannya yang berbeda jenis (kelamin).
Dari sinilah orangtua dapat semakin dalam menyampaikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Ibu terhadap putri remajanya bisa saja berbicara tentang menstruasi dan efek yang mungkin timbul. Bapak atau ibu terhadap putra remajanya bisa saja berbicara tentang bulu yang mulai tumbuh, suara berubah, mimpi basah dan efek yang mungkin timbul dari kondisi itu.
Perbincangan tersebut menjadi asyik kalau orangtua bersikap terbuka, memberi rasa nyaman, memberi pengetahuan yang benar. Dan, tentu membincangkan dalam keadaan yang rileks.
Memang untuk memperoleh keadaan yang rileks saat berbincang, harus sudah sering dilakukan alias tidak tiba-tiba. Sudah dibiasakan dalam keluarga.
Bukan tidak mungkin karena saking asyik membincangkan perihal tersebut, anak lebih terbuka, enjoy bercerita tentang temannya dan pengalamannya, serta banyak bertanya kepada orangtua. Dan, saat demikian orangtua dapat mengedukasi secara benar.
Saya yakin, kalau hal-hal (yang tampaknya) sederhana seperti disebut di atas dilakukan oleh setiap keluarga secara intens, anak-anak akan mengalami tumbuh kembang secara wajar karena mereka sudah memiliki tameng terhadap pengaruh-pengaruh buruk yang selalu saja ada, termasuk konten pornografi.
Mereka tidak akan gampang terpikat oleh fenomena pergaulan bebas, yang dapat saja mengarah ke perilaku seks bebas. Mereka pun tidak mudah dipengaruhi oleh siapa pun, termasuk figur tertentu, yang berniat jahat seperti yang dilakukan oleh Herry Wirawan, yang akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Dan, tatkala menginjak pemuda atau dewasa muda, mereka pun tidak akan melakukan tindakan kurang terpuji, misalnya seperti yang dilakukan oleh Gusti Ayu Dewanti, yang akhirnya dijadikan tersangka dalam kasus hukum konten pornografi. Juga tidak  sehancur oknum anggota DPR, yang ketika rapat diduga melihat konten pornografi melalui gawai.
Tentu anak akan memiliki perisai yang semakin kuat terhadap paparan konten pornografi kalau pendidikan seks juga diimplementasikan di sekolah. Pendidikan seks bagi anak di sekolah tak cukup disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling (BK). Guru BK lebih memberi kekuatan dalam aspek moral, pengetahuan, dan kejiwaan.
Sekolah perlu memiliki tenaga kesehatan, yang dapat memaksimalkan fungsi usaha kesehatan sekolah (UKS). UKS di sekolah negeri selama ini hanya bersifat kuratif. Dengan adanya tenaga kesehatan, UKS dapat memberi edukasi kesehatan terhadap warga sekolah, terutama siswa, secara berkelanjutan.