Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kotak Saran di Sekolah, Dulu hingga Kini

13 Maret 2022   08:14 Diperbarui: 14 Maret 2022   03:05 4750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiadaan kritik atau saran dari siswa, orangtua, atau masyarakat boleh jadi karena persoalan-persoalan yang timbul di dalam kelangsungan pendidikan mungkin masih mereka anggap sebagai persoalan yang biasa. Tak perlu ada penanganan secara khusus. Sehingga, dibiarkan begitu saja, berlalu.

Atau sekalipun ada persoalan, termasuk persoalan yang berisiko, mereka membiarkan saja. Karena kalau mereka menyampaikan kritik atau saran terkait persoalan tersebut, mereka malah terkena akibatnya.

Setidaknya mereka (baca: orangtua atau masyarakat) takut kalau-kalau akibat yang mengenainya itu berdampak kepada anak. Misalnya, anak yang orangtuanya menyampaikan kritik atau saran diintimidasi guru atau diberi nilai rendah.

Memang saya pernah mendengarkan pernyataan-pernyataan semacam itu dari siswa dan orangtua. "Tak perlu mempersoalkannya, kalau ujung-ujungnya nanti anak yang kena," begitu umumnya mereka berkata-kata.

Jujur, sebagai guru, saya menampik kata-kata seperti itu. Sebab, kalau siswa, orangtua, atau masyarakat mengatakan secara jujur dan dapat mempertanggungjawabkan perkataannya, sekolah malah sangat beruntung.

Karena sekolah menemukan sumber yang tepat untuk berbenah diri. Sumber yang tepat umumnya memang berasal dari pihak lain. Karena mereka melihat secara objektif. Sementara diri sendiri (baca: sekolah)  melihat secara subjektif.

Maka bukan mustahil kalau kemudian sekolah justru menganggap orangtua dan masyarakat menjadi pahlawan. Jadi, tak hanya dianggap sebagai mitra sekolah untuk menyiapkan anak menyongsong kehidupan ke depan yang penuh tantangan.

Hidupkan kembali

Budaya berani memberi kritik atau saran sudah seharusnya dihidupkan kembali, termasuk di lingkungan sekolah. Sebab persoalan semakin kompleks, yang sangat membutuhkan peran banyak pihak.

Tak mungkin sekolah, yang di dalamnya hanya ada pengelola terbatas, yakni kepala sekolah, guru, dan karyawan, mampu menghadapi persoalan persekolahan yang kini semakin kompleks tersebut. 

Sekolah sangat membutuhkan mitra yang sekaligus memberi masukan, baik kritikan maupun saran demi kemajuan. Apalagi seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi, dan informasi yang semakin lama semakin canggih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun