Dulu, kata mereka, pasirnya banyak. Tetapi, karena bekas galian pasir itu berlubang yang bisa membahayakan orang, maka dibuangi macam-macam sampah oleh warga setempat. Termasuk juga dibuangi barang-barang perklenikan. Hehehe.
Barang-barang perklenikan selalu bisa dikaitkan dengan lokasi tusuk sate. Karena kata teman saya (yang sudah saya sebut tadi), lokasi tusuk sate sering digunakan orang sebagai tempat membuang benda-benda klenik.
Saya tidak mengetahui alasannya. Teman saya juga tidak menjelaskan alasannya. Saya tidak mengetahui apakah ia mengerti alasannya atau tidak.Â
Saya pun awalnya tak hendak mencari tahu secara "jelimet" mengapa lokasi tusuk sate sering digunakan orang membuang hal-hal begituan. Tapi, akhirnya saya menduga dengan berpikir sederhana. Mungkin alasannya karena lokasi tusuk sate termasuk lokasi terakhir persis di ujung jalan. Tempat atau area yang buntu. Sehingga, sangat mungkin orang tidak mau menempati. Ya, akhirnya dibuangi macam-macam sampah.
Dan, oleh orang-orang yang berkeyakinan khusus, tempat itu juga dibuangi benda-benda klenik yang sering mereka sebut dengan ungkapan "membuang sial".Â
Maka akhirnya muncul anggapan kalau lokasi atau tempat tusuk sate tidak cocok untuk hunian atau usaha karena di lokasi itu sebagai tempat pembuangan "sampah" atau sial.
Celakanya, sebagian orang meyakini bahwa orang yang menghuni atau membuka usaha di tempat tersebut pasti mendapat sial, petaka, tidak berhasil usahanya, dan prasangka-prasangka lain yang sejenis.
Berkaitan dengan perihal itu, saya tak menolak saat ada teman (yang berbeda dengan teman yang sudah saya sebut di atas) berbagi cerita.Â
Begini, ada beberapa anggota keluarga yang mana masih kerabatnya menghuni rumah di lokasi tusuk sate mengalami sakit secara bergantian. Sakitnya sangat serius, sehabis orang tua mereka sakit, disusul anaknya, dan begitu beberapa kali terjadi, seakan bergilir.
Bahkan, salah seorang kerabat keluarga tersebut yang biasanya sehat-sehat saja, sejak bergabung di rumah itu, juga jatuh sakit yang serius. Agaknya pikiran teman saya yang satu ini "sedikit terpengaruh" oleh mitos tusuk sate.
Akan tetapi, sedikit pengaruh itu rupanya tidak bertahan lama. Sebab, setelah menceritakan sakit kerabatnya, ia segera menjelaskan usaha penyembuhannya.Â