Tunjangan profesi yang selama ini diterimakan tiga bulan sekali sangat memompa perekonomian guru dan keluarganya. Penghasilan bertambah berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Dengan begitu kesejahteraan keluarga terjadi.
Memang tak dipungkiri ada pihak yang mengaitkan antara tunjangan profesi guru dengan perselingkuhan. Konon katanya, sejak ada tunjangan profesi guru, banyak guru yang berselingkuh.Â
Ada atau tidaknya hal itu, saya belum pernah menemukan buktinya. Yang pasti, di sekolah tempat saya mengabdi tak ada guru yang berselingkuh terkait dengan tunjangan profesi. Di tempat lain? Entah.
Tapi, kalau memang ada, masuk akal juga. Sebab, penghasilan bertambah, seseorang dapat saja bertambah "tingkah". Salah satunya tingkah perselingkuhan, yang pasti memerlukan ongkos. Ongkosnya dapat diambilkan dari uang tunjangan profesi bukan?
Maaf, melalui paragraf di atas, saya tidak bermaksud mendorong para guru yang sudah menerima tunjangan profesi untuk melakukan perselingkuhan. Tidak.Â
Tapi, saya hanya membayang-bayangkan bahwa (ternyata) logis juga mengaitkan antara penerimaan tunjangan profesi guru dan perselingkuhan yang (boleh jadi memang) dilakukan oleh oknum guru.
Hanya, semua itu (sebenarnya) tergantung pada manusianya. Sebab, perselingkuhan dapat dilakukan meski tanpa ada biaya. Pada beberapa kasus, perselingkuhan terjadi karena nafsu, bukan karena rupiah.Â
Sebaliknya, banyak orang berlimpah Rupiah bahkan Dolar, tapi hidupnya jauh dari perselingkuhan, yang ada (malah) hidup harmonis bersama keluarga.
Oleh karena itu, saya berusaha memandang profesi guru itu profesi yang enak, apalagi profesi saya memang guru, jadi tak mungkin saya mengkhianatinya. Berikut ini saya sebut enaknya lagi, selain dua di atas. Setiap hari efektif masuk sekolah, guru selalu berjumpa dengan anak-anak didiknya.Â
Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu berbeda agama, sosial-ekonomi, daerah, suku, dan keluarga. Ini keadaan di sekolah-sekolah umum milik pemerintah, bukan milik yayasan, seperti di sekolah tempat saya menjalani profesi.
Menjadi guru, dengan demikian dapat belajar --jadi tidak hanya mengajar-- dari banyak anak didik yang berbeda. Dapat mengetahui banyak perilaku anak, misalnya. Ada anak yang berperilaku lucu, nakal, cuek, cekatan, rajin, empati, sombong, rendah hati, pendiam, suka berbicara, optimis, pesimis, dan lain-lain.