Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Profesi Guru dalam Perspektif Anugerah

27 Oktober 2019   08:51 Diperbarui: 27 Oktober 2019   09:40 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: nusantaranews.co

Menjadi guru, menurut saya, profesi yang enak. Tapi, bukan berarti profesi-profesi yang lain tidak enak. Bukan. Sebab, sebetulnya setiap profesi enak juga, hanya tergantung dari sudut pandang mana orang memandangnya. Memang ada budaya seperti berikut ini, yang sudah berkembang di masyarakat. 

Yaitu, orang saling memandang profesi sehingga muncul sebuah klaim, yang akhirnya orang dapat (dengan mudah) meninggikan dan merendahkan sebuah profesi. 

Profesi orang lain dipandang bernilai tinggi sehingga mengesankan enak. Sedangkan profesi diri sendiri dipandang bernilai rendah sehingga mengesankan tidak enak.

Sangat relevan dengan ungkapan "sawang-sinawang" dalam bahasa Jawa. Mengenalkah Anda? 

Sawang-sinawang terkait dengan sikap seseorang, yang kalau memandang keberadaan orang lain sepertinya sangat enak, tapi memandang keberadaan dirinya sendiri tidak enak. Boleh jadi ini (hanya) gaya bersosialisasi seseorang terhadap orang lain agar tidak dianggap tinggi hati, tapi rendah hati.

Namun, boleh juga dimaknai sebagai seseorang yang tidak mau merasa bersyukur terhadap anugerah Tuhan, karena ia membandingkannya dengan anugerah yang diterima orang lain. 

Ia mengukur dirinya dengan ukuran orang lain. Jadi, pasti berbeda dan tidak mungkin (pernah) bertemu. Sebab, orang memiliki ukuran sendiri-sendiri dan itu tergantung pada otoritas Tuhan.

Jadi, sebagai guru, saya berusaha semaksimal mungkin memandangnya sebagai profesi yang enak. Tidak hanya karena guru memiliki waktu libur seperti libur anak didiknya. 

Jika libur anak didiknya panjang, libur guru juga panjang. Pun begitu sebaliknya, kalau libur anak didiknya pendek, libur guru juga pendek.

Berbeda dengan profesi lain, yang tidak memiliki libur seperti libur profesi guru. Mereka hanya memiliki libur saat tanggal-tanggal merah. Yang pada praktiknya juga dimiliki oleh guru. Artinya, saat tanggal-tanggal merah, guru juga libur. Memang bagi mereka ada libur cuti, sementara bagi guru tidak ada. Itu yang pertama.

Yang kedua, ada tunjangan profesi bagi guru. Ini untuk guru-guru yang sudah tersertifikasi. Ditandai dengan dimilikinya sertifikat pendidik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun