Mohon tunggu...
Pak De Bon
Pak De Bon Mohon Tunggu... -

Saya disuruh belajar menulis. Dengan ini saya belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangan Robot Tawan, Hoax, dan Tahi Sapi

8 Februari 2016   03:00 Diperbarui: 8 Februari 2016   03:33 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini saya tujukan sebagai ajakan dan pengingat untuk kita agar berpikir kritis dalam menanggapi sebuah berita, di tengah badai jurnalisme kuning di negeri kita. Saya ingin mengajak rekan rekan untuk tidak cepat percaya akan sebuah berita, apalagi yang dishare oleh situs berita yang kredibilitasnya sudah dipertanyakan. Era internet dalam genggaman sudah datang, informasi memang gampang didapat, tetapi tidak sedikit informasi yang beredar adalah informasi palsu. Pintarlah memilih.

Dan jika rekan termasuk salah satu dari yang sempat percaya dengan sebuah hoax yang akhirnya terbukti bohong, saya rasa anda tidak usah malu. Semua orang pernah percaya dengan sebuah kabar bohong. Itu bukan berarti anda "bodoh dan kredibilitas anda sebagai pemegang ijazah/penggiat profesi tertentu dipertanyakan". Tidak setiap orang punya waktu seperti saya yang kurang kerjaan untuk terus aktif di medsos maupun selancar jagad maya. Apalagi, kegiatan mencari tahu tentang hal-hal seperti ini cukup menyita waktu senggang anda. Tapi, ya, tetap pada kuncinya. Jangan terburu-buru percaya, be skeptical, but learn to find out, dan jangan buru-buru share. Jangan mau jadi clicking monkey!

Tentu saja yang keliru adalah mempertahankan dan ngeles tentang sebuah hoax yang terbukti bohong, tanpa mau membaca dan memahami argumen atau penjelasan apa yang diberikan, apalagi sampai menyerang sana menyindir sini, hanya untuk menyelamatkan muka sendiri, karena takut dibilang bodoh.

Sikap skeptis mungkin memang pisau bermata dua. Di satu sisi, sikap skeptis menghambat kemajuan dan perkembangan ide-ide baru. Tapi di sisi lain, sikap skeptis, bila dipadukan dengan rasa ingin tahu dan pola berpikir kritis, akan menjadi senjata buat kita yang menghindarkan kita dari jebakan jebakan betmen seperti kebohongan ini. Sikap skeptis inilah yang bisa membuat kita berhasil menghindari bisnis Manusia Makan Manusia, bisnis teh celup, kolostrum ajaib pengecil payudara pembesar vagina (mungkin terbalik), sms hadiah Avanza, mama minta pulsa, batu celup ajaib penyembuh segala, Meriang Sakit Sengsara. dan lain lain.

BUKA PIKIRAN

Apalagi yang kita perlukan? Open mind. Keterbukaan pikiran. Kesiapan kita untuk menerima dan menganalisa informasi baru, walaupun bertentangan dengan prasangka, pengetahuan, atau anggapan kita yang sebelumnya. Ini tentang kesiapan kita untuk menerima argumen yang berlawanan : jika sesuai dengan nalar dan anggapan sebelumnya, terima dengan baik; jika tidak sesuai dengan anggapan kita sebelumnya, tantang argumen tersebut dengan argumen yang logis, tanpa kesesatan logika, dengan menghadirkan fakta, bukan pendapat, apalagi pengalihan fokus pembicaraan. Sungguh sangat lucu melihat mereka yang melabeli dirinya Open-Minded dalam profil media sosialnya, tanpa mengerti arti konsep tersebut. Mungkin itu saya.

Mungkin ini yang tidak dimiliki beberapa pihak yang tetap ngeyel bahwa penemuan Pak Tawan itu benar-benar aseli canggihnya.

Mungkin juga ini yang tidak dimiliki oleh SAYA yang tetap ngotot bahwa penemuan Pak Tawan itu cuma baju cosplay.

Tapi sesuai kata guru saya -yang keriting itu- kepada suku Kalama, hanya masing-masing dari diri kita sendiri yang bisa menilai.

Sebagai penutup, kepada mereka yang sudah disodori bukti/analisa tentang kepalsuan tangan robot Pak Tawan, yang bukannya berargumen membuktikan keasliannya, tapi malah tetap ngotot menuduh kami yang skeptik sebagai kaum nyinyir, sirik, iri, tidak berprestasi dan tidak mensupport anak bangsa, saya ingin ucapkan salam berikut:

Bon Appétit!!

(makan tuh tahi sapi!)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun