Mohon tunggu...
Pak De Bon
Pak De Bon Mohon Tunggu... -

Saya disuruh belajar menulis. Dengan ini saya belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangan Robot Tawan, Hoax, dan Tahi Sapi

8 Februari 2016   03:00 Diperbarui: 8 Februari 2016   03:33 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimana caranya kita mengubah tahi sapi ini menjadi pupuk yang berguna?

Curiousity. Rasa ingin tahu.

Dipadukan dengan sikap skeptis dan kritis, tahi sapi seperti hoax lengan robot ini berpeluang untuk menjadikan kita lebih pintar, lebih berwawasan, dan lebih tahu dari sebelumnya.

Dalam pencarian kita tentang kebenaran hoax ini contohnya, kita mau tidak mau harus membaca tentang:
EEG [https://en.wikipedia.org/wiki/Electroencephalography] (lihat bagian penerapannya untuk prostesis)
Brain-computer interface, [http://www.dw.com/id/komputer-canggih-dikendalikan-otak/a-17784194]
Anatomi otak [http://brainconnection.brainhq.com/2013/03/05/the-anatomy-of-movement/] (ini menyangkut dengan headset sensor EEG klaim Pak Tawan, yang jauh letaknya dari pusat kendali gerakan volunter di otak)
Penyakit Stroke [http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-snh-stroke-non.html]
Kaitan CT Scan dan MRI dengan Stroke [http://elektromagic.blogspot.co.id/2010/10/perbedaan-antara-mri-ct-cat-scans.html]
dan lain lain.
Penelitian terbaru tentang prostesis robotik,
Jenis-jenis komponen perangkat komputer dan/atau mikrokontroller
Dasar-dasar robotika
Jenis-jenis bahasa pemrograman dalam robotika dan mekatronika
dan lain-lain yang agak banyak kalau disebutkan di sini semua.

Bukan hanya membaca, kita pun bisa bertanya pada teman kita/dosen/senior yang benar-benar ahli dalam bidang tersebut. Jaman ini informasi mudah didapat. Banyak e-book bisa didapatkan dengan gratis. Ada Wikipedia dan referensinya - yang walaupun dipandang miring oleh beberapa akademisi karena bisa diedit semua orang, paling tidak wikipedia bisa menyediakan sumber informasi instan yang terjamin oleh community guidelinesnya. Ada forum-forum internet tempat kita bisa bertanya pada 'mereka yang benar benar ahlinya' seperti Quora. Banyak!

Poin saya adalah, kadang-kadang kita tidak harus menjadi seseorang yang benar-benar berkutat dalam suatu bidang hanya untuk mengungkap kebenaran sebuah berita. Kita tidak perlu menjadi ahli biologi atau dokter hewan, atau pengusaha penjual tahi sapi, untuk tahu kalau tahi sapi itu adalah tahi sapi. Dan kita tidak harus mengambil tahi itu dan mencicipinya dulu untuk tahu kalau itu tahi - persis seperti yang digambarkan dalam komik diatas.

APA GUNANYA WAWASAN TAMBAHAN? BIKIN KEPALA BOTAK SAJA.

Seperti celoteh saya diatas, hidup ini pembelajaran tanpa henti. Dan satu pengalaman yang saya dapat, tidak ada pengetahuan yang tidak berguna! Anda jadi tahu tentang stroke? Anda bisa gunakan pengetahuan untuk menghindari penyakit tersebut! Anda jadi mengerti tentang EEG? Mungkin bisa antisipasi dari sekarang untuk beli video game

Pengetahuan tersebut bisa diteruskan: bisa ditransfer ke anak anda. Bisa dijadikan bahan cerita dengan pacar. Bisa diajarkan ke murid. Bisa diterapkan dalam kehidupan anda sehari hari. Bisa diterapkan dalam hasil karya anda. Bisa digunakan untuk memenangi Kuis Who Wants To Be A Millionaire. Siapa tahu? Kebetulan-kebetulan seperti di film Slumdog Millionaire bukan hal yang tidak mungkin. Paling tidak, wawasan anda yang lebih bisa dijadikan bahan tuturan di Bale Banjar, jika kebetulan topiknya menyinggung. Atau untuk dibicarakan dengan calon mertua, biar kelihatan pintar sedikit kalau mau gebetin anaknya!
Jadi, seberapa anda mau belajar? Anda punya pilihan, disuapi, atau cari makan sendiri. dua duanya mungkin sama baiknya. Tidak ada yang lebih jelek.

Tapi, untuk beberapa orang, mungkin tidak setiap orang, mencari tahu sendiri tentang sesuatu memberikan kepuasan yang lebih.

SIKAP SKEPTIS DAN BERPIKIR KRITIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun